Dosen Asal Pamekasan Wafat Saat Menunaikan Ibadah Haji Secara Non-Prosedural: Keluarga Berduka
Kabar duka menyelimuti sebuah keluarga di Dusun Sumber Batu, Desa Blumbungan, Pamekasan. SM, seorang dosen di salah satu universitas Islam di Madura, dilaporkan meninggal dunia saat berupaya menunaikan ibadah haji melalui jalur yang tidak sesuai prosedur resmi.
Keluarga korban, yang awalnya dilanda keraguan atas berita tersebut, kini mulai menerima kenyataan pahit setelah menerima konfirmasi dari pihak berwenang di Makkah. Meskipun demikian, mereka masih menanti informasi lebih lanjut mengenai proses pemulangan jenazah ke tanah air. Harapan besar keluarga saat ini adalah agar jenazah SM dapat segera dipulangkan dan dimakamkan di kampung halaman.
Menurut penuturan Junaidi, seorang tokoh masyarakat setempat, pihak keluarga telah menerima kabar duka dari Makkah, namun detail mengenai pemulangan jenazah masih belum jelas.
Sebelum keberangkatannya pada tanggal 25 April 2025, SM sempat berbagi cerita dengan sahabatnya, Ahmad Asir, yang juga merupakan tetangga dan rekan kerjanya di kampus. SM mengungkapkan rencananya untuk berangkat haji melalui sebuah agen perjalanan. Meskipun sempat diingatkan untuk mempertimbangkan kembali niatnya, SM tetap optimis bahwa perjalanannya akan berjalan lancar.
Asir mengenang percakapannya dengan SM sebelum keberangkatan. Ia mengungkapkan kekhawatirannya mengenai keamanan jalur yang akan ditempuh SM, namun SM meyakinkannya bahwa semuanya akan baik-baik saja. Asir menyayangkan keputusan SM yang tidak bersabar menunggu kesempatan haji melalui jalur resmi.
Kepergian SM sempat diiringi doa dari teman-temannya, meskipun sebagian dari mereka merasa khawatir dengan risiko yang mungkin dihadapi. Sayangnya, perjalanan SM menuju Tanah Suci tidak berjalan sesuai harapan. Ia ditemukan meninggal dunia di tengah gurun pasir, diduga akibat dehidrasi saat berusaha menghindari pemeriksaan petugas dalam perjalanan menuju Makkah.
SM ditemukan bersama dua Warga Negara Indonesia (WNI) lainnya yang berinisial J dan S. Keduanya ditemukan dalam kondisi dehidrasi berat dan berhasil diselamatkan oleh pihak berwenang. Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Jeddah telah mengkonfirmasi kebenaran kabar ini.
Peristiwa tragis ini terjadi pada tanggal 27 Mei 2025. Ketiga WNI tersebut menggunakan visa ziarah multiple dan mencoba memasuki Makkah tanpa dokumen haji resmi dengan menumpang taksi ilegal. Sopir taksi, yang khawatir tertangkap patroli, memaksa mereka turun di tengah gurun, di mana suhu ekstrem menjadi ancaman serius.
Menurut Konjen RI Jeddah, Yusron B. Ambary, ketiga WNI tersebut nekat memasuki Makkah tanpa mengikuti prosedur resmi. Mereka ditinggalkan di tengah gurun oleh sopir taksi dan ditemukan oleh aparat keamanan menggunakan drone. SM ditemukan dalam keadaan meninggal dunia, sementara dua rekannya dirawat di rumah sakit.
Diketahui bahwa SM dan 10 WNI lainnya sempat tertangkap razia aparat keamanan Saudi dan diusir ke Jeddah. Namun, SM tetap berupaya kembali ke Makkah melalui jalur yang tidak resmi.
Saat ini, jenazah SM masih berada di rumah sakit Makkah untuk proses visum. KJRI Jeddah telah berkoordinasi dengan pihak keluarga di Madura dan tengah mempersiapkan proses pemakaman.
Konjen Yusron mengimbau seluruh WNI untuk tidak tergiur ajakan mengikuti haji secara non-prosedural yang melanggar hukum dan membahayakan jiwa. Ia menekankan pentingnya menjalankan ibadah haji secara sah dan sesuai aturan, serta mengingatkan bahwa memaksakan diri untuk berhaji melalui jalur ilegal dapat berakibat fatal.
KJRI Jeddah terus berupaya mengedukasi masyarakat agar selalu mematuhi peraturan pemerintah Arab Saudi dalam menjalankan ibadah haji. Penegakan hukum dan sistem pengawasan ketat oleh otoritas Saudi menjadikan aktivitas haji ilegal sebagai tindakan yang sangat berisiko.