Indonesia Jajaki Ekspor Beras ke Malaysia di Tengah Isu Penumpukan Stok Nasional
Indonesia tengah menjajaki peluang ekspor beras sebanyak 24.000 ton ke Malaysia melalui skema business to business (B2B). Inisiatif ini muncul di tengah perhatian terhadap stok beras nasional, khususnya terkait dengan keberadaan beras impor di gudang Perum Bulog.
Berdasarkan data dari Badan Pangan Nasional (Bapanas), realisasi impor beras oleh Bulog hingga Desember 2024 mencapai 3.900.499 ton. Angka ini melampaui target pemerintah untuk tahun tersebut, yang ditetapkan sebesar 3,6 juta ton. Lebih lanjut, stok beras terus bertambah setelah Bulog menyerap sekitar 2 juta ton setara beras dari petani dalam negeri hingga awal Mei 2025.
Seorang pengamat, Said, menyoroti potensi ekspor ini sebagai strategi untuk mengurangi penumpukan beras impor yang terjadi pada tahun sebelumnya. Ia memperkirakan bahwa sebagian dari cadangan beras Bulog saat ini merupakan sisa impor tahun lalu, dengan perkiraan jumlah antara 1,2 juta hingga 1,8 juta ton. Kebijakan Bulog yang membeli beras dari petani tanpa batasan kualitas juga dinilai turut memengaruhi peningkatan cadangan beras pemerintah (CBP) di gudang Bulog.
Kekhawatiran muncul terkait potensi kerusakan beras jika stok tidak segera dilepas. Dalam beberapa bulan terakhir, Bulog dilaporkan menghadapi tantangan dalam melepas stok lama, mengingat risiko kerusakan yang mungkin terjadi. Bahkan, sempat muncul wacana untuk menjual beras dengan harga murah.
Kendati belum ada informasi mengenai produsen beras mana yang akan ditunjuk untuk melaksanakan ekspor ke Malaysia, indikasi kuat menunjukkan bahwa Bulog akan memegang peranan penting dalam tugas ini. Said berpendapat bahwa peluang ekspor ini kemungkinan tidak dilirik oleh pihak swasta karena adanya disparitas harga antara pasar nasional dan internasional. Harga beras di Indonesia cenderung lebih tinggi dibandingkan harga di pasar global, sehingga ekspor dinilai kurang menguntungkan bagi produsen swasta. Sebaliknya, impor beras justru dianggap lebih menarik secara ekonomi.
Disparitas harga yang signifikan antara pasar domestik dan internasional menjadi faktor penentu dalam dinamika ekspor-impor beras. Harga beras lokal yang relatif tinggi membuat impor lebih menarik bagi pelaku pasar swasta, sementara ekspor menjadi tantangan tersendiri. Pemerintah dan Bulog perlu mempertimbangkan berbagai aspek, termasuk harga, kualitas, dan efisiensi logistik, untuk memastikan keberhasilan inisiatif ekspor beras ke Malaysia dan pengelolaan stok beras nasional secara optimal.