Harga Cabai Anjlok, BPS Catat Deflasi Mei 2025

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Mei 2025 menunjukkan deflasi, mengakhiri periode inflasi yang terjadi pada Maret dan April 2025.

Deputi Bidang Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, menjelaskan bahwa secara bulanan (month-to-month/mtm), deflasi Mei 2025 mencapai 0,37 persen. Angka ini sangat kontras dengan April 2025 yang mengalami inflasi sebesar 1,17 persen.

Secara tahunan (year-on-year/yoy), IHK mengalami inflasi sebesar 1,6 persen pada Mei 2025. Tingkat inflasi ini lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 1,95 persen. Pudji menambahkan bahwa secara tahun kalender atau year-to-date, terjadi inflasi sebesar 1,19 persen. Tingkat inflasi pada Mei 2025 ini lebih rendah dibandingkan dengan bulan Mei 2024.

"Deflasi pada Mei lalu utamanya disebabkan oleh penurunan harga pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau," ujar Pudji dalam konferensi pers di Jakarta.

Kelompok makanan, minuman, dan tembakau mencatatkan deflasi sebesar 1,40 persen secara mtm dan memberikan andil 0,41 persen terhadap tingkat deflasi nasional. Beberapa komoditas utama yang memicu deflasi dari kelompok ini antara lain:

  • Cabai merah
  • Cabai rawit
  • Bawang merah
  • Ikan segar
  • Bawang putih
  • Daging ayam ras

Secara rinci, cabai merah dan cabai rawit masing-masing memberikan andil deflasi sebesar 0,12 persen, sementara bawang merah memberikan andil deflasi sebesar 0,09 persen. Komoditas lain seperti ikan segar, bawang putih, dan daging ayam ras juga memberikan andil deflasi masing-masing sebesar 0,05 persen, 0,04 persen, dan 0,01 persen.

Lebih lanjut, Pudji menjelaskan bahwa komponen harga yang diatur pemerintah (administered prices) dan harga pangan bergejolak (volatile food) mengalami deflasi. Deflasi tertinggi didorong oleh deflasi komponen volatile food, yaitu sebesar 2,48 persen, dengan andil deflasi sebesar 0,41 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil deflasi untuk komponen harga pangan bergejolak ini adalah cabai merah, cabai rawit, bawang merah, dan bawang putih.

Sementara itu, komponen inti mengalami inflasi sebesar 2,40 persen dan memberikan andil inflasi sebesar 0,08 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi untuk komponen inti ini adalah tarif pulsa ponsel, emas perhiasan, dan kopi bubuk.

Secara geografis, Pudji menyebutkan bahwa 31 provinsi mengalami deflasi dan 7 provinsi mengalami inflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Gorontalo, yaitu sebesar 1,68 persen, sedangkan inflasi tertinggi terjadi di Papua Pegunungan sebesar 0,91 persen.