Ironi Transisi Energi: Bank-Bank Inggris Terus Kucurkan Dana ke Industri Bahan Bakar Fosil

Komitmen nol emisi bersih yang digaungkan bank-bank besar di Inggris pada tahun 2050 tampak kontras dengan realitas di lapangan. Sebuah laporan dari lembaga think tank InfluenceMap mengungkap bahwa pendanaan untuk perusahaan bahan bakar fosil masih mendominasi portofolio investasi mereka.

Laporan tersebut menyoroti bagaimana Barclays, HSBC, Lloyds, dan NatWest, mengalirkan dana sebesar 119 miliar poundsterling ke bisnis bahan bakar fosil, termasuk minyak dan gas, dalam kurun waktu 2020 hingga 2024. Ironisnya, angka ini dua kali lipat lebih besar dibandingkan investasi yang dialokasikan untuk proyek-proyek ramah lingkungan selama periode yang sama.

Riset InfluenceMap menunjukan bahwa Lloyds menginvestasikan 3,1 kali lebih banyak dana ke proyek bahan bakar fosil dibandingkan kegiatan hijau. HSBC mengikuti di belakangnya dengan pendanaan 2,9 kali lebih banyak. Barclays menunjukkan pendanaan yang lebih kecil dibandingkan dua lainnya, yakni dengan mendanai 1,8 kali lebih banyak untuk bahan bakar fosil daripada kegiatan hijau.

Bonnie Steinberg, analis senior di InfluenceMap, menyayangkan inkonsistensi ini. Menurutnya, retorika bank-bank tentang komitmen iklim tidak sejalan dengan tindakan nyata mereka. Tindakan ini berpotensi menimbulkan konsekuensi negatif bagi stabilitas keuangan mereka sendiri di masa depan.

Walaupun NatWest menunjukan komitmen yang lebih baik, dengan pendanaan untuk kegiatan hijau lebih besar dari bahan bakar fosil, mereka juga belum sepenuhnya menghentikan dukungan terhadap industri bahan bakar fosil.

Laporan itu juga menyoroti dukungan bank-bank terhadap bisnis yang mencemari lingkungan melalui lobi dan kebijakan. Meskipun ada pembatasan investasi langsung dalam perluasan bahan bakar fosil, celah dalam kebijakan memungkinkan dukungan tidak langsung ke perusahaan-perusahaan pencemar besar.

Barclays dan HSBC bahkan dilaporkan aktif melobi pemerintah Inggris untuk melemahkan regulasi keuangan berkelanjutan. Tindakan ini memicu pertanyaan tentang praktik greenwashing, mengingat kurangnya regulasi yang ketat di pasar Environmental, Social, and Governance (ESG).

InfluenceMap memperingatkan bahwa kelanjutan pendanaan untuk bahan bakar fosil tidak hanya memperburuk krisis iklim global, tetapi juga menciptakan risiko keuangan yang signifikan bagi bank-bank itu sendiri. Aset-aset fosil berpotensi kehilangan nilai seiring dengan penerapan kebijakan iklim yang semakin ketat.

Steinberg menekankan perlunya perubahan mendasar dalam kebijakan bank-bank agar selaras dengan janji iklim mereka. Ini berarti menghentikan pendanaan proyek ekspansi bahan bakar fosil dan mengalihkan investasi ke teknologi dan kegiatan hijau yang berbasis bukti ilmiah. Tanpa perubahan ini, janji iklim bank hanya akan menjadi greenwashing belaka.

Berikut point penting yang menjadi sorotan:

  • Bank-bank besar Inggris terus mendanai industri bahan bakar fosil meskipun berkomitmen pada nol emisi.
  • Jumlah pendanaan untuk bahan bakar fosil jauh lebih besar daripada investasi hijau.
  • Bank-bank mendukung bisnis yang mencemari lingkungan melalui lobi dan kebijakan.
  • Praktik ini dapat memperburuk krisis iklim dan menciptakan risiko keuangan bagi bank.
  • Perlu ada perubahan mendasar dalam kebijakan bank agar selaras dengan janji iklim.