Tahun Kesedihan: Wafatnya Khadijah dan Duka Mendalam Rasulullah

Tahun Kesedihan: Wafatnya Khadijah dan Duka Mendalam Rasulullah

Pada tanggal 11 Ramadhan, sejarah Islam mencatat peristiwa duka yang mendalam bagi Rasulullah SAW, yaitu wafatnya Khadijah binti Khuwailid, istri tercinta dan sahabat setia beliau. Kepergian Khadijah bukan sekadar kehilangan seorang istri, melainkan juga kehilangan seorang pendukung utama dan pilar kekuatan dalam perjalanan dakwah Nabi Muhammad SAW di awal masa penyebaran Islam. Khadijah, yang dinikahi Rasulullah pada usia 40 tahun, ketika Rasulullah berusia 25 tahun, merupakan sosok wanita luar biasa yang senantiasa teguh dalam keimanan dan memberikan dukungan tanpa pamrih.

Pernikahan mereka berlangsung selama 25 tahun, di mana Khadijah senantiasa memberikan dukungan material dan spiritual yang tak ternilai harganya. Ia rela mengorbankan seluruh hartanya untuk mendukung dakwah Rasulullah, menghadapi cemoohan dan penolakan dari kaum Quraisy dengan kesabaran dan keteguhan hati. Khadijah juga menjadi tempat Rasulullah mengadu dan berkeluh kesah, memberikan penghiburan dan kekuatan di tengah cobaan yang berat. Dari pernikahan tersebut, mereka dikaruniai enam orang anak, meskipun hanya empat putri yang hidup hingga dewasa: Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, dan Fatimah az-Zahra.

Wafatnya Khadijah dan Wasiatnya yang Menyentuh Hati

Di usia 65 tahun, Khadijah menghembuskan nafas terakhirnya di pangkuan Rasulullah pada 11 Ramadhan tahun ke-10 kenabian. Saat-saat terakhir hidupnya diwarnai dengan wasiat yang begitu mengharukan. Ia meminta maaf kepada Rasulullah atas segala kekurangannya sebagai seorang istri, namun Rasulullah dengan penuh kasih sayang membantahnya, mengakui dedikasi dan pengorbanan Khadijah yang luar biasa. Khadijah juga berpesan agar Rasulullah menjaga putri mereka, Fatimah, dan meminta agar kain yang digunakan Rasulullah saat menerima wahyu pertama digunakan sebagai kain kafannya. Permintaan ini menunjukkan kerendahan hati dan keimanan Khadijah yang mendalam.

Salam dari Allah dan Air Mata Malaikat Jibril

Kepergian Khadijah diwarnai dengan peristiwa yang semakin menguatkan keimanan dan kesedihan Rasulullah. Malaikat Jibril turun menyampaikan salam dari Allah SWT untuk Khadijah, memberi kabar gembira akan tempatnya di surga. Namun, suasana haru bercampur bahagia itu diselingi dengan kesedihan yang mendalam dari Jibril sendiri. Jibril menyampaikan bahwa cucunya, Husain bin Ali, kelak akan gugur di Karbala tanpa dimandikan dan dikafani. Kesedihan ini menambah duka Rasulullah yang telah kehilangan sosok istri tercinta.

Aamul Huzn: Tahun Kesedihan

Wafatnya Khadijah bertepatan dengan ujian berat lainnya yang menimpa Rasulullah. Tidak lama sebelum Khadijah wafat, pamannya, Abu Thalib, juga meninggal dunia. Abu Thalib, meskipun tidak memeluk Islam, senantiasa menjadi pelindung dan penjaga Rasulullah dari gangguan kaum Quraisy. Kehilangan dua sosok penting ini dalam waktu yang berdekatan membuat Rasulullah sangat berduka dan menyebut tahun tersebut sebagai Aamul Huzn (Tahun Kesedihan). Kaum Quraisy semakin berani menindas Rasulullah setelah kehilangan pelindungnya. Mereka bahkan sampai menaburkan pasir dan kotoran di atas kepala dan punggung Rasulullah saat sholat.

Namun, di tengah kesedihan yang mendalam, Allah SWT menguatkan Rasulullah dengan peristiwa Isra' Mi'raj. Peristiwa ini menjadi penghiburan dan suntikan semangat bagi Rasulullah untuk melanjutkan dakwah Islam dengan penuh keteguhan dan keyakinan. Kisah wafatnya Khadijah menjadi pengingat akan pengorbanan dan kesetiaan seorang istri yang luar biasa, serta menjadi bukti kekuatan iman di tengah cobaan dan kesedihan.

Kenangan Abadi Khadijah dalam Hati Rasulullah

Meskipun telah beristri setelah Khadijah, Rasulullah SAW senantiasa mengenang Khadijah dengan penuh cinta dan penghormatan. Beliau seringkali menceritakan kebaikan dan pengorbanan Khadijah untuk Islam. Bahkan, Aisyah RA pernah merasa cemburu karena Rasulullah seringkali menyebut nama Khadijah. Namun, Rasulullah menjelaskan bahwa Khadijah adalah sosok yang beriman kepadanya di saat orang lain mengingkari, membenarkannya di saat orang lain mendustakan, dan mengorbankan seluruh hartanya demi agama Islam. Kisah cinta dan kesetiaan Khadijah dan Rasulullah menjadi teladan bagi umat Islam hingga kini.