Jawa Timur Gandeng Inggris Wujudkan LRT Surabaya: Terobosan Transportasi Massal untuk Surabaya Raya

Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) menunjukkan keseriusan dalam upaya mewujudkan sistem transportasi massal terintegrasi di kawasan Gerbangkertasusila, dengan fokus utama pada Surabaya Raya. Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, secara aktif menjajaki kerjasama dengan berbagai pihak, termasuk Kerajaan Inggris, untuk merealisasikan proyek ambisius ini.

Dalam pertemuan dengan Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Dominic Jermey, Khofifah membahas secara mendalam studi kelayakan (feasibility study) yang komprehensif mengenai pengembangan transportasi perkotaan berbasis rel di Surabaya. Studi ini, yang merupakan hasil kajian dari PwC dan Mott MacDonald selama tahun 2024-2025, merupakan tindak lanjut dari pra-FS yang dilakukan oleh JICA, dengan fokus pada survei terkini terkait kebutuhan transportasi publik di wilayah metropolitan Surabaya.

Studi kelayakan tersebut mengkaji tiga koridor potensial untuk pengembangan sistem transportasi massal:

  • Koridor Barat-Tengah: Unesa – Darmo.
  • Koridor Utara-Tengah: Pasar Turi – Wonokromo.
  • Koridor Pusat-Selatan: Wonokromo – Juanda.

Dalam kajian tersebut, berbagai opsi moda transportasi dipertimbangkan, termasuk trem, MRT (Mass Rapid Transit), dan LRT (Light Rail Transit). Untuk koridor Unesa-Darmo, opsi trem diajukan dengan estimasi biaya sekitar Rp 8,1 triliun. Sementara itu, koridor Darmo-Pasar Turi juga mempertimbangkan opsi trem dengan perkiraan biaya Rp 12,76 triliun. Untuk koridor Wonokromo-Juanda, opsi MRT diusulkan dengan estimasi biaya yang signifikan, mencapai Rp 20,96 triliun.

Khofifah menekankan bahwa LRT menjadi pilihan yang paling realistis dan menjanjikan untuk menghubungkan wilayah aglomerasi Surabaya. MRT dinilai terlalu mahal berdasarkan hasil kajian, sementara trem dianggap kurang ideal karena keterbatasannya dalam menjangkau wilayah di luar pusat kota. LRT, dengan kemampuannya menjangkau wilayah yang lebih luas, dianggap sebagai solusi yang paling tepat untuk mengatasi masalah kemacetan dan meningkatkan konektivitas di Surabaya Raya.

Kepala Dinas Perhubungan Jawa Timur, Nyono, menambahkan bahwa inisiatif ini sejalan dengan semangat Jatim Akses yang digagas oleh Gubernur Khofifah. Proyek LRT Surabaya diharapkan dapat terintegrasi dengan Surabaya Regional Railway Line (SRRL), sebuah proyek kereta api regional yang menghubungkan Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik. Proyek SRRL sendiri saat ini masih dalam tahap pembahasan antara Kementerian Perhubungan dan Kementerian Keuangan, terutama terkait dengan aspek pembiayaan dan pinjaman.

Direncanakan lelang proyek SRRL akan dilakukan pada tahun ini. Pinjaman untuk proyek Surabaya Regional Railways Line (SRRL) fase 1 adalah sekitar Rp 3,6 triliun dari total proyek sebesar Rp 4,9 triliun. Pinjaman ini berasal dari Bank Pembangunan Jerman KfW.

Pemprov Jatim optimis bahwa dengan kerjasama yang solid dengan berbagai pihak, termasuk Kerajaan Inggris, mimpi warga Surabaya untuk memiliki sistem transportasi massal modern dan terintegrasi akan segera terwujud. Proyek LRT Surabaya diharapkan dapat memberikan dampak positif yang signifikan terhadap mobilitas, ekonomi, dan kualitas hidup masyarakat di Surabaya Raya.