Aksi Kekerasan Remaja di Kalibaru: Janji Tawuran Terorganisir Via Medsos

Aksi tawuran antar pelajar kembali mencoreng wajah dunia pendidikan di Jakarta Utara, tepatnya di kawasan Plaza Kalibaru, Cilincing. Fenomena ini, menurut penuturan warga setempat, bukan lagi kejadian baru, melainkan sudah menjadi pemandangan yang hampir setiap malam menghantui lingkungan mereka.

Syam, seorang warga Kalibaru berusia 30 tahun, mengungkapkan bahwa pemicu utama tawuran ini adalah perjanjian yang diatur melalui media sosial, terutama WhatsApp dan Instagram. Para pelajar, kata Syam, memiliki grup atau akun khusus yang digunakan untuk merencanakan aksi kekerasan tersebut. Ironisnya, bahkan ejekan antar siswa sekolah dasar (SD) pun dapat memicu eskalasi konflik hingga melibatkan pelajar yang lebih dewasa.

"Awalnya, anak SD saling ledek, lempar batu, kalau ramai yang dewasanya yang maju," ujar Syam, menggambarkan bagaimana dinamika kekerasan itu terjadi. Plaza Kalibaru, lanjutnya, telah bertahun-tahun menjadi arena bagi tawuran pelajar. Warga, karena sudah terbiasa dengan kejadian ini, memilih untuk tidak ikut campur karena khawatir justru menjadi sasaran amuk massa.

Warga lain, Surya (48), menambahkan bahwa tawuran seringkali diawali dengan aksi saling ejek, bahkan di antara siswa yang berasal dari sekolah yang sama. "Terkadang sore ini tawuran sudah anak-anak kecil, itu awalnya tepuk-tepuk tangan dahulu itu ngajakin (tawuran) padahal satu sekolahan di sini," ungkapnya.

Upaya pencegahan sebenarnya telah dilakukan oleh pihak kepolisian dari Polres Pelabuhan Tanjung Priok. Petugas seringkali datang ke lokasi kejadian untuk membubarkan tawuran. Namun, mirisnya, kehadiran polisi justru seringkali menjadi bahan ledekan para pelaku tawuran.

Fenomena tawuran pelajar di Kalibaru ini menjadi ironi tersendiri. Di satu sisi, ada upaya dari aparat kepolisian untuk menjaga keamanan dan ketertiban. Di sisi lain, ada generasi muda yang justru terjerumus dalam lingkaran kekerasan yang terorganisir melalui media sosial. Kondisi ini tentu menjadi tantangan besar bagi semua pihak, mulai dari keluarga, sekolah, hingga masyarakat luas, untuk mencari solusi yang komprehensif agar aksi kekerasan serupa tidak terus berulang.