Kedai Kopi 'Pintu Darurat': Sentuhan Kreatif di Tengah Mall Legendaris Surabaya

Di jantung kota Surabaya, tepatnya di Jalan Tunjungan yang ikonik, sebuah kisah unik bersemi di sudut sebuah pusat perbelanjaan yang dahulu ramai, kini menyimpan kenangan. Tunjungan Electronic Center (TEC), yang pernah menjadi tujuan utama bagi penggemar video game dan alat musik, kini memancarkan suasana yang lebih tenang. Di antara lorong-lorong yang lengang dan kios-kios yang sebagian besar tutup, sebuah kedai kopi muncul dengan konsep yang berbeda.

Kedai Lima Sembilan, adalah sebuah oase yang didirikan oleh Galih Phuja Ardian, seorang fotografer dan konsultan branding yang mencari cara baru untuk bertahan hidup di tengah masa sulit. Bermula dari sebuah kedai rumahan sederhana di Semolowaru pada tahun 2021, bisnis kopi ini dengan cepat menarik perhatian. Namun, keterbatasan ruang dan parkir mendorong Galih untuk mencari lokasi yang lebih menantang: TEC. Pilihan yang tidak lazim ini ternyata menjadi awal dari petualangan yang menarik.

Awalnya, kedai ini menghadapi tantangan besar. Sepinya pengunjung di TEC membuat Galih harus bekerja keras untuk menarik perhatian. Namun, di tengah kesunyian itulah muncul sebuah ide yang mengubah segalanya. Galih melihat potensi pada salah satu pintu darurat mall yang menghadap langsung ke Jalan Tunjungan yang ramai. Ia memutuskan untuk membuka akses tersebut dan membuat konten kreatif di media sosial dengan tema "ngopi lewat pintu darurat".

Tak disangka, konten tersebut menjadi viral. Pengunjung berbondong-bondong datang, bukan hanya untuk menikmati kopi, tetapi juga untuk merasakan sensasi unik memasuki kedai melalui pintu darurat. Galih tidak melihat ini sebagai sekadar trik pemasaran, tetapi sebagai cara untuk menciptakan cerita yang berbeda dan pengalaman yang tak terlupakan bagi para pelanggannya.

Kedai Lima Sembilan menawarkan suasana vintage yang hangat dan nyaman. Dekorasi interiornya dipenuhi dengan koleksi barang-barang lawas pribadi Galih, seperti gitar bass tua, lemari kayu klasik, dan lampu-lampu retro. Semua elemen ini dirancang untuk menciptakan suasana seperti ruang tamu masa kecil, tempat pengunjung dapat bersantai dan menikmati kopi dengan tenang.

Menu di Kedai Lima Sembilan juga tak kalah menarik. Selain kopi sebagai menu utama, kedai ini menawarkan sekitar 30 pilihan makanan dan minuman lainnya. Galih memilih untuk menggunakan alat-alat manual seperti pokapod atau Turkish coffee dengan pasir panas untuk menyajikan kopi, sebagai alternatif dari mesin espresso yang mahal dan umum digunakan di kafe lain. Selain itu, ada juga es teh dengan racikan khusus yang terbuat dari campuran beberapa jenis teh dari Jawa Tengah hingga Dandang Kota yang pekat.

Dengan harga yang terjangkau, mulai dari Rp 7.000 hingga Rp 25.000, Kedai Lima Sembilan menawarkan pengalaman ngopi yang unik dan berkesan. Meskipun jam operasionalnya terbatas mengikuti jam buka mall, kedai ini tetap menjadi daya tarik tersendiri bagi para pecinta kopi dan mereka yang mencari suasana yang berbeda di tengah hiruk-pikuk kota Surabaya.

Lebih dari sekadar kedai kopi, Kedai Lima Sembilan adalah bukti bahwa tempat yang dianggap usang pun dapat dihidupkan kembali dengan ide kreatif, keberanian untuk mengambil risiko, dan cerita yang menarik. Kedai ini telah menjadi simbol semangat inovasi dan kecintaan akan kenangan di tengah kota Surabaya yang modern.