Surplus Neraca Dagang Indonesia Terkikis: Dampak Kebijakan Proteksi Amerika Serikat dan Lonjakan Impor
Surplus Neraca Dagang Indonesia Terkikis: Dampak Kebijakan Proteksi Amerika Serikat dan Lonjakan Impor
Surplus neraca perdagangan Indonesia pada April 2025 mengalami penyusutan signifikan, hanya mencatatkan angka US$ 160 juta. Penurunan ini memicu kekhawatiran dan menjadi perhatian utama pemerintah. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyoroti kebijakan proteksionisme yang diterapkan oleh Amerika Serikat sebagai salah satu faktor utama yang mempengaruhi kinerja ekspor Indonesia.
Dampak Kebijakan Proteksi AS
Kebijakan tarif tinggi yang diterapkan oleh AS terhadap impor komoditas dinilai memberikan tekanan pada kinerja ekspor Indonesia. Sri Mulyani menjelaskan bahwa penurunan ekspor ke AS berdampak pada rantai pasokan global. Produk-produk dari berbagai negara yang membutuhkan bahan baku dari Indonesia mengalami penurunan permintaan, yang pada gilirannya memukul ekspor Indonesia secara keseluruhan.
"Ekspor ke Amerika turun, ekspor ke berbagai negara juga turun jadi memang akan terasa terlihat," ujar Sri Mulyani.
Lonjakan Impor Picu Penurunan Surplus
Selain faktor eksternal, Badan Pusat Statistik (BPS) menyoroti lonjakan impor sebagai penyebab utama menipisnya surplus neraca dagang. Impor nonmigas pada April 2025 tumbuh hampir 30% secara tahunan, memberikan tekanan signifikan pada neraca perdagangan.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, menjelaskan bahwa surplus perdagangan bulan April ditopang oleh ekspor nonmigas senilai US$ 1,51 miliar, sementara neraca perdagangan migas defisit cukup dalam, mencapai US$ 1,35 miliar.
"Surplus masih terjadi berkat ekspor bahan bakar mineral, minyak nabati, serta besi dan baja," ujar Pudji.
Kinerja Ekspor dan Impor Lebih Rinci
Berikut adalah rincian lebih lanjut mengenai kinerja ekspor dan impor Indonesia pada April 2025:
- Ekspor: Total ekspor tercatat sebesar US$ 20,74 miliar, naik 5,76% dibanding April 2024. Komoditas utama penyumbang kenaikan berasal dari industri pengolahan seperti minyak kelapa sawit, logam dasar besi, kimia dasar organik, nikel, dan semikonduktor.
- Impor: Nilai impor mencapai US$ 20,59 miliar, melesat 21,84% dibanding April tahun lalu. Impor nonmigas tumbuh tajam 29,86% menjadi US$ 18,07 miliar, sementara impor migas justru turun 15,57% ke US$ 2,52 miliar.
Secara kumulatif, neraca perdagangan Indonesia selama Januari hingga April 2025 mencatatkan surplus US$ 11,07 miliar. Surplus ini didorong oleh kinerja ekspor nonmigas senilai US$ 17,26 miliar, meskipun neraca migas tetap defisit US$ 6,19 miliar.
Negara Mitra Dagang Utama
China, Amerika Serikat, dan India menjadi tiga pasar ekspor utama Indonesia, menyumbang hampir 41% dari total ekspor nonmigas selama empat bulan pertama 2025. Nilai ekspor ke Tiongkok tercatat sebesar US$ 18,87 miliar. Sementara itu, negara asal impor terbesar masih dari China, Jepang, dan negara-negara ASEAN (di luar Thailand).
Tantangan dan Prospek
Menipisnya surplus neraca dagang menjadi sinyal bagi pemerintah untuk lebih waspada dan mengambil langkah-langkah strategis guna menjaga stabilitas ekonomi. Diversifikasi pasar ekspor, peningkatan daya saing produk, dan pengendalian impor menjadi kunci untuk mengatasi tantangan ini. Pemerintah juga perlu terus memantau perkembangan kebijakan perdagangan global, terutama yang diterapkan oleh negara-negara mitra dagang utama, serta mengantisipasi dampaknya terhadap perekonomian Indonesia.