Di Tengah Inflasi, Warga Korea Selatan Berburu Makanan Hampir Kedaluwarsa: Tren Baru Konsumsi Cerdas?
Di tengah tekanan ekonomi yang meningkat, sebuah tren konsumsi unik muncul di Korea Selatan. Masyarakat kini semakin aktif mencari dan membeli makanan yang mendekati tanggal kedaluwarsa. Fenomena ini bukan sekadar iseng, melainkan respons cerdas terhadap kenaikan harga pangan dan kebutuhan untuk mengurangi pemborosan.
Kenaikan harga bahan makanan dan biaya operasional restoran telah memicu inflasi yang signifikan di Korea Selatan. Kondisi ini memaksa konsumen untuk lebih berhati-hati dalam mengelola anggaran belanja mereka. Akibatnya, restoran dan bisnis ritel makanan mengalami penurunan penjualan karena masyarakat memilih alternatif yang lebih ekonomis.
Platform Daring dan Toko Khusus
Melihat peluang ini, sejumlah platform daring dan toko fisik mulai menawarkan makanan yang mendekati tanggal kedaluwarsa dengan harga diskon yang menarik. Salah satu contohnya adalah Luckymeal, platform daring yang menjual "tas hadiah" berisi berbagai makanan acak yang akan segera kedaluwarsa. Konsumen tidak dapat memilih produk tertentu, namun mereka mendapatkan diskon hingga 50% atau lebih.
Platform ini bekerja sama dengan berbagai toko, mulai dari toko roti hingga toko makanan ringan dan makanan penutup. Pengguna dapat memilih toko dan jumlah "tas hadiah" yang tersedia, lalu memesan dan memilih waktu pengambilan. Luckymeal mengklaim telah berhasil mengurangi 2,5 ton emisi karbon dioksida dengan membagikan 10.000 tas keberuntungan.
Selain platform daring, toko fisik seperti Earth Store juga menawarkan produk makanan rumah tangga dengan diskon besar. Toko ini menjual produk dari divisi makanan CJ Group, CJ CheilJedang, yang memiliki sisa waktu tiga hingga empat bulan sebelum tanggal kedaluwarsa. CJ Group menjelaskan bahwa produk-produk ini tidak dapat didistribusikan melalui saluran ritel biasa karena risiko keluhan konsumen.
Platform daring lain, Last Order, menjual makanan, suplemen kesehatan, dan produk kosmetik yang mendekati kedaluwarsa di dekat lokasi pengguna. Sementara itu, Thirty Mall, yang diluncurkan pada tahun 2015, menawarkan berbagai kategori produk, termasuk makanan, fesyen, kecantikan, dan peralatan yang diperbarui.
Keuntungan bagi Konsumen dan Penjual
Tren ini memberikan keuntungan bagi konsumen dan penjual. Konsumen dapat membeli makanan dengan harga yang lebih terjangkau, sementara penjual dapat mengurangi pemborosan makanan dan tetap mendapatkan keuntungan daripada membuang produk mereka.
Konsumen yang telah mencoba platform seperti Luckymeal mengaku senang dengan pengalaman tersebut. Mereka merasa seperti mendapatkan hadiah karena harga yang sangat rendah dan dapat mencoba berbagai jenis makanan yang berbeda. Selain itu, mereka juga merasa berkontribusi pada upaya pengurangan pemborosan makanan.
Penjual juga merasakan manfaatnya. Seorang pemilik toko roti yang bekerja sama dengan Luckymeal mengatakan bahwa dia tidak suka membuang makanan yang telah dia buat, terutama dengan kenaikan harga bahan-bahan seperti tepung dan minyak goreng.
Pergeseran Paradigma Konsumsi
Fenomena ini menunjukkan pergeseran paradigma konsumsi di Korea Selatan. Masyarakat semakin sadar akan pentingnya mengurangi pemborosan makanan dan mencari alternatif yang lebih ekonomis di tengah tekanan ekonomi yang meningkat. Tren ini juga mendorong inovasi di sektor ritel makanan, dengan munculnya platform daring dan toko fisik yang menawarkan solusi bagi masalah pemborosan makanan dan kebutuhan konsumen akan harga yang terjangkau.