Tawuran Pelajar Resahkan Warga Kalibaru: Aksi Kekerasan Berulang di Ruang Publik

Tindak kekerasan berupa tawuran antar pelajar telah mencoreng citra Plaza Kalibaru, Cilincing, Jakarta Utara, sebagai ruang publik yang seharusnya aman dan nyaman bagi masyarakat. Aksi yang melibatkan pelajar dari berbagai tingkatan usia, mulai dari Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA), ini telah berlangsung selama bertahun-tahun dan menimbulkan keresahan yang mendalam bagi warga sekitar.

Menurut penuturan warga, aksi tawuran ini mulai marak sejak tahun 2018, seiring dengan pembangunan tanggul di kawasan tersebut. Sebelumnya, lokasi tawuran kerap berpindah-pindah, namun kemudian terpusat di Plaza Kalibaru. Ironisnya, aksi kekerasan ini sering terjadi berulang kali dalam semalam, bahkan bisa mencapai tiga kali. Warga mengungkapkan bahwa para pelaku tawuran, yang sebagian besar merupakan pelajar dari sekolah yang sama, memulai aksinya dengan saling mengejek dan berujung pada perkelahian fisik.

Keresahan warga tidak hanya disebabkan oleh kebisingan dan gangguan istirahat, tetapi juga oleh penggunaan senjata tajam oleh para pelaku tawuran. Aksi mereka kerap kali menyebabkan kerusakan pada rumah-rumah warga, seperti pecahnya kaca jendela dan kerusakan pada atap akibat lemparan batu. Bahkan, warung-warung di sekitar Plaza Kalibaru juga menjadi sasaran vandalisme.

Tawuran di Plaza Kalibaru juga telah memakan korban jiwa dan luka-luka. Warga mengungkapkan bahwa beberapa waktu lalu, seorang pemuda mengalami luka bacok di lengan akibat tawuran. Tahun sebelumnya, seorang pemuda tewas akibat dibacok dalam aksi serupa. Warga juga menceritakan pengalaman pahitnya menjadi korban tawuran, dengan luka sabetan senjata tajam di bagian tubuhnya saat berusaha melerai pertikaian.

Faktor-faktor yang memicu tawuran di Plaza Kalibaru sangat kompleks. Selain saling ejek antar pelajar, warga juga mengungkapkan bahwa para pelaku tawuran sering kali merencanakan aksi mereka melalui grup-grup di aplikasi pesan singkat dan media sosial. Hal ini menunjukkan bahwa tawuran bukan hanya sekadar perkelahian spontan, tetapi juga aksi yang terorganisir.

Warga berharap agar seluruh pemangku kepentingan di wilayah Kalibaru dapat bersinergi untuk mengatasi masalah tawuran ini. Mereka menyadari bahwa aparat kepolisian dan TNI memiliki keterbatasan sumber daya, sehingga peran aktif dari RT, RW, dan Lembaga Musyawarah Kelurahan (LMK) sangat dibutuhkan untuk melakukan pengawasan dan pencegahan di tingkat lingkungan.

  • Kerusakan Properti
  • Korban Luka dan Jiwa
  • Peran Pemangku Kepentingan

Demi terciptanya lingkungan yang aman dan kondusif bagi seluruh warga, penanganan masalah tawuran di Plaza Kalibaru membutuhkan solusi komprehensif yang melibatkan semua pihak. Hanya dengan kerjasama dan komitmen yang kuat, ruang publik ini dapat kembali menjadi tempat yang nyaman dan aman bagi seluruh masyarakat.