Korea Selatan menggelar pemilihan presiden hari ini, menyusul pemakzulan terhadap mantan Presiden Yoon Suk Yeol. Partisipasi pemilih terlihat tinggi, dengan antrean panjang mengular di berbagai tempat pemungutan suara (TPS) sejak pagi hari. Pemilihan ini menjadi krusial bagi arah politik Korea Selatan di masa depan.

Di Munrae-dong, Seoul, sejumlah warga lanjut usia menjadi yang pertama tiba di TPS. Yu Bun-dol, seorang pemilih berusia 80 tahun, mengungkapkan harapannya agar kandidat pilihannya dapat terpilih. Pemilihan presiden kali ini dianggap sangat penting bagi masa depan Korea Selatan. Antusiasme yang sama juga terlihat di berbagai wilayah lain di seluruh negeri.

Pemilihan ini diselenggarakan menyusul pemakzulan Yoon Suk Yeol, yang dipicu oleh keputusannya memberlakukan keadaan darurat militer singkat pada Desember lalu. Yoon saat ini ditahan dan menghadapi tuntutan pidana terkait dengan insiden tersebut, termasuk tuduhan pemberontakan yang dapat berujung pada hukuman penjara seumur hidup atau bahkan hukuman mati. Persidangannya telah dimulai sejak Februari.

Dalam kontestasi ini, dua nama mencuat sebagai kandidat utama:

• Lee Jae-myung: Unggul dalam berbagai survei dengan dukungan sekitar 49% responden.
• Kim Moon-soo: Kandidat dari Partai Kekuatan Rakyat (PPP) yang konservatif, tertinggal dengan dukungan sekitar 35%.

Pemungutan suara awal telah dilaksanakan selama dua hari dan mencatat partisipasi yang signifikan, dengan lebih dari sepertiga pemilih terdaftar telah memberikan hak suaranya. Komisi Pemilihan Umum Korea Selatan (KPU Korsel) terus memantau jalannya pemilihan untuk memastikan kelancaran dan integritas proses demokrasi ini.

Situasi politik di Korea Selatan saat ini terbilang unik, mengingat Yoon Suk Yeol menjadi presiden pertama dalam sejarah negara tersebut yang menghadapi proses pemakzulan dan persidangan pidana. Hasil pemilihan presiden ini akan sangat menentukan stabilitas politik dan arah kebijakan Korea Selatan di masa depan.