IHSG Terkoreksi di Sesi Awal Perdagangan, Rupiah Tertekan Sentimen Global dan Domestik

markdown Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memulai perdagangan hari ini, Selasa (3/6/2025), dengan pergerakan yang kurang menggembirakan di zona merah. Pelemahan ini terjadi di tengah sentimen pasar yang terpengaruh oleh berbagai faktor, baik dari eksternal maupun internal.

Pada pukul 09.03 WIB, IHSG tercatat berada di level 7.050, mengalami penurunan sebesar 14,18 poin atau 0,20 persen dibandingkan dengan penutupan sebelumnya yang berada di level 7.065,06. Data perdagangan menunjukkan bahwa jumlah saham yang mengalami penurunan (183 saham) sama dengan jumlah saham yang mengalami kenaikan (183 saham), sementara 213 saham lainnya stagnan. Total nilai transaksi yang tercatat hingga saat ini mencapai Rp 933,35 miliar dengan volume perdagangan sebanyak 1,00 miliar saham.

Maximilianus Nico Demus, Direktur Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, menyoroti rencana Presiden AS Donald Trump untuk meningkatkan tarif impor baja dan aluminium dari 25 persen menjadi 50 persen. Langkah ini, menurutnya, bertujuan untuk melindungi tenaga kerja di AS dan rencananya akan diimplementasikan mulai 4 Juni. Selain itu, ketegangan antara AS dan China juga menjadi perhatian, dengan kedua negara saling menuduh terkait ketidakpatuhan terhadap kesepakatan perdagangan.

Sebagai contoh, AS menuduh China memperlambat ekspor mineral penting yang dibutuhkan untuk produksi barang elektronik canggih. Sementara itu, kelonggaran tarif dari AS untuk China akan bergantung pada kemampuan China untuk mencabut larangan ekspor beberapa logam mineral rare earths. Secara teknikal, Pilarmas Investindo Sekuritas memperkirakan IHSG berpotensi mengalami pelemahan terbatas dengan level support dan resistance di kisaran 7.020 – 7.160.

Analis Binaartha Sekuritas, Ivan Rosanova, berpendapat bahwa IHSG berpotensi mengalami rebound sementara sebelum melanjutkan koreksi selama masih berada di bawah level resisten Fibonacci 7.136. Sebaliknya, jika IHSG berhasil menembus level 7.136, maka berpotensi menguat lebih lanjut hingga 7.181. Ivan Rosanova juga menyebutkan level support IHSG berada di 7.009, 6.929, dan 6.811, sementara level resistennya di 7.181, 7.216, dan 7.261. Indikator MACD menunjukkan sinyal death cross.

Pergerakan bursa regional Asia juga menunjukkan variasi. Strait Times terpantau turun tipis 0,01 persen (0,3 poin) di level 3.890,29, sementara Shanghai Composite naik 0,20 persen (6,83 poin) di level 3.354,32. Nikkei juga menunjukkan penguatan sebesar 0,57 persen (211,90 poin) di level 37.682,60, dan Hang Seng naik 1,07 persen (246,68 poin) di level 23.404,66.

Rupiah Tertekan

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot pada pagi hari ini juga menunjukkan tren pelemahan. Data Bloomberg mencatat, pada pukul 09.13 WIB, rupiah berada pada level Rp 16.263 per dolar AS, atau melemah 10,5 poin (0,06 persen) dibandingkan dengan penutupan sebelumnya yang berada di level Rp 16.252,5 per dolar AS.

Ibrahim Assuaibi, seorang pengamat pasar uang, menjelaskan bahwa kekhawatiran akan eskalasi perang dagang antara AS dan China meningkat setelah Donald Trump menuduh China melanggar kesepakatan dagang. Selain itu, investor juga menunjukkan sikap pesimis terhadap kebijakan AS terkait kenaikan tarif impor baja dan aluminium.

Dari dalam negeri, tren kontraksi Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia berlanjut pada Mei 2025, tercatat di level 47,4, masih di bawah ambang batas normal 50. Meskipun demikian, angka ini menunjukkan peningkatan dibandingkan bulan sebelumnya yang berada di level 46,7. Ibrahim Assuaibi memperkirakan perdagangan hari ini, mata uang rupiah akan fluktuatif tetapi ditutup menguat direntang Rp 16.200-Rp16.250.