Poppy Dharsono Soroti Dampak Negatif Poliester pada Industri Mode dan Lingkungan
Industri mode tengah menghadapi tantangan serius terkait penggunaan bahan poliester yang masif. Desainer senior sekaligus Presiden Indonesia Fashion Week (IFW) 2025, Poppy Dharsono, baru-baru ini menyuarakan keprihatinannya mengenai dampak negatif poliester terhadap lingkungan dan keberlangsungan industri mode itu sendiri. Dalam konferensi pers The Grand Gala Fashion Show BTN Prioritas IFW 2025, Poppy menyoroti bagaimana tren penggunaan poliester, terutama dalam produksi fast fashion, berkontribusi pada penumpukan limbah tekstil yang sulit diurai dan berpotensi mencemari lingkungan.
"Limbah dari baju atau produk fesyen berbahan dasar minyak seperti poliester sangat sulit untuk diolah," ujarnya, menekankan bahwa sebagian besar produk poliester berasal dari China dan masuk ke pasar Indonesia dengan harga yang sangat terjangkau. Hal ini mendorong konsumsi berlebihan dan memperburuk masalah limbah tekstil.
Ancaman Poliester terhadap Lingkungan
Poliester, sebagai turunan dari plastik, memiliki sifat yang sulit terurai secara alami. Kondisi ini menyebabkan limbah poliester menumpuk di lingkungan dan berpotensi mencemari tanah serta air. Poppy Dharsono bahkan mengusulkan ide ekstrem, yaitu mengumpulkan produk fesyen berbahan poliester ke dalam peti khusus agar tidak mencemari lingkungan.
"Jika limbah poliester dibuang ke sungai, dampaknya bisa sangat merusak ekosistem air," jelasnya. Partikel plastik dari pakaian poliester tidak larut dalam air dan dapat meracuni kehidupan biota air. Ikan-ikan dapat mati akibat paparan limbah poliester yang mencemari air.
Imbauan untuk Industri dan Konsumen
Menyadari ancaman serius dari poliester, Poppy Dharsono menyerukan peralihan ke produk fesyen yang lebih ramah lingkungan. Ia mengajak para pelaku industri dan konsumen untuk lebih bijak dalam memilih bahan pakaian, dengan mempertimbangkan tidak hanya kenyamanan, tetapi juga dampak lingkungan. Konsumen diharapkan lebih selektif dalam membeli pakaian dan memilih produk yang terbuat dari bahan-bahan berkelanjutan.
Berikut adalah beberapa alternatif bahan yang lebih ramah lingkungan:
- Katun organik: Katun yang ditanam tanpa menggunakan pestisida atau pupuk kimia.
- Tencel (Lyocell): Serat yang terbuat dari pulp kayu yang diproses secara ramah lingkungan.
- Linen: Serat alami yang berasal dari tanaman rami dan membutuhkan sedikit air dan pestisida dalam produksinya.
- Daur ulang tekstil: Bahan yang terbuat dari limbah tekstil yang diolah kembali menjadi serat baru.
Dengan beralih ke bahan-bahan yang lebih berkelanjutan, industri mode dapat mengurangi dampak negatifnya terhadap lingkungan dan menciptakan masa depan yang lebih bertanggung jawab.