Serangan Drone Skala Besar Hantam Pangkalan Udara Rusia, Kerugian Signifikan Dilaporkan

Gelombang serangan drone yang belum pernah terjadi sebelumnya telah menghantam sejumlah pangkalan udara militer Rusia, memicu perdebatan sengit mengenai efektivitas pertahanan udara Rusia dan kemampuan Ukraina untuk melancarkan operasi ofensif jauh di dalam wilayah musuh.

Serangan yang diklaim Ukraina melibatkan 117 drone yang diselundupkan ke Rusia melalui strategi kompleks yang disebut 'Operation Spiderweb'. Rincian operasi yang terungkap menunjukkan bahwa drone disembunyikan dalam kabin kayu yang diangkut dengan truk, menyusup ke wilayah Rusia dan diluncurkan di dekat target.

Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina mengklaim serangan itu berhasil menghancurkan atau merusak 41 pesawat, termasuk aset strategis seperti:

  • Pembom supersonik jarak menengah Tu-22M3 Backfire-C
  • Pembom turboprop jarak jauh Tu-95MS Bear-H
  • Pesawat peringatan dini dan kontrol udara A-50 Mainstay

Kerusakan atau kehancuran pesawat-pesawat ini akan menjadi pukulan signifikan bagi kemampuan militer Rusia. Tu-22M3, misalnya, adalah platform penting untuk meluncurkan rudal jelajah anti-kapal dan melakukan serangan darat. Tu-95MS, pembom strategis, berperan dalam pencegahan nuklir dan proyeksi kekuatan jarak jauh. Kehilangan pesawat A-50, yang menyediakan kemampuan radar dan komando dan kontrol udara, akan sangat membatasi kesadaran situasional dan koordinasi operasi militer Rusia.

Rincian tentang bagaimana drone diselundupkan ke Rusia sangat menarik. Kepala Security Service of Ukraine (SBU), Vasyl Maliuk, menjelaskan bahwa drone disembunyikan di kabin kayu yang dipasang di belakang truk, dengan atap yang bisa dikendalikan dari jarak jauh. Truk-truk tersebut kemudian dikemudikan ke dekat pangkalan udara oleh pengemudi yang tidak menyadari muatan tersembunyi mereka. Setelah berada di posisi, drone diluncurkan dan diarahkan ke target mereka. Beberapa laporan menunjukkan bahwa pengemudi truk curiga dengan kejadian aneh seperti keluarnya drone dari kabin kayu yang mereka bawa. Mereka mengaku mencoba menjatuhkan drone tersebut dengan batu.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memuji operasi tersebut dan menyatakan bahwa serangan itu merupakan hasil dari persiapan selama lebih dari setahun. Dia juga mengindikasikan bahwa setiap drone 'memiliki pilot sendiri', yang menunjukkan tingkat kontrol dan presisi dalam serangan itu.

Para ahli militer dan analis keamanan menanggapi peristiwa tersebut dengan campuran keterkejutan dan kekhawatiran. Beberapa berpendapat bahwa keberhasilan serangan tersebut menyoroti kelemahan signifikan dalam pertahanan udara Rusia, sementara yang lain memuji kecerdikan dan keberanian Ukraina dalam melakukan operasi seperti itu.

Dr. Steve Wright, seorang ahli drone di Inggris, menggambarkan drone yang digunakan dalam serangan itu sebagai quadcopter sederhana dengan muatan bom yang relatif berat. Faktor kunci dalam keberhasilan operasi tersebut adalah kemampuan untuk menyelundupkan drone ke Rusia dan kemudian meluncurkan serta mengendalikannya dari jarak jauh.

Asal usul drone yang digunakan dalam serangan itu belum dikonfirmasi secara resmi, tetapi ada spekulasi bahwa mereka diproduksi di dalam negeri oleh industri drone Ukraina yang berkembang pesat. Sejak dimulainya konflik, Ukraina telah berinvestasi besar-besaran dalam pengembangan dan produksi drone, yang telah terbukti menjadi aset yang berharga di medan perang.