Pembatalan Diskon Listrik 2025: Beban Ekonomi Tambahan Bagi Keluarga di Tengah Tahun Ajaran Baru
Kabar pembatalan diskon tarif listrik untuk periode Juni dan Juli 2025 telah menimbulkan kekecewaan di kalangan masyarakat, terutama bagi keluarga dengan anak yang akan memasuki tahun ajaran baru. Kebijakan yang sebelumnya diharapkan dapat meringankan beban pengeluaran, kini menjadi pukulan telak bagi anggaran rumah tangga yang sudah terencana.
Di Citayam, Bogor, sejumlah warga mengungkapkan kekecewaan mereka atas pembatalan diskon tersebut. Fitri, seorang ibu rumah tangga yang berjualan online, mengaku telah mengalokasikan sebagian dana untuk membeli seragam sekolah anaknya. Dengan adanya informasi diskon listrik, ia berharap tagihan bulanan dapat berkurang, sehingga sisa uangnya dapat digunakan untuk keperluan pendidikan.
"Saya sudah sempat sisihkan uang buat beli seragam anak, ada info diskon listrik. Harapannya tagihan bulan ini lebih ringan, jadi bisa kepakai buat keperluan sekolah," ujar Fitri.
Fitri dan suaminya bahkan telah mulai mencicil membeli alat tulis dan seragam untuk kedua anak mereka. Namun, dengan batalnya diskon listrik, rencana mereka untuk membeli seragam baru menjadi terancam. Harga seragam sekolah yang mencapai ratusan ribu rupiah per setel, ditambah biaya sepatu dan perlengkapan lainnya, menjadi beban yang cukup berat bagi keluarga dengan anggaran terbatas.
Bagi Fitri, penggantian diskon listrik dengan Bantuan Subsidi Upah (BSU) tidak menjadi solusi. Sebagai seorang pekerja mandiri, ia tidak memenuhi kriteria penerima BSU, sehingga tidak merasakan manfaat dari program tersebut.
Kekecewaan serupa juga dirasakan oleh Nisa, warga Citayam lainnya. Ia menilai diskon tarif listrik sangat membantu menopang kebutuhan rumah tangga, terutama karena anak sulungnya akan masuk SMP bulan depan. Dengan adanya diskon, ia berharap dapat menutupi sebagian biaya seragam sekolah.
"Saya udah hitung, kalau dapet diskon listrik dua bulan, bisa bantu tutup kebutuhan seragam. Tapi sekarang kan batal. Padahal (sekolah) sebentar lagi masuk," ucap Nisa.
Nisa juga mengungkapkan bahwa tagihan listrik bulanan yang mencapai ratusan ribu rupiah menjadi beban yang cukup besar bagi keluarganya. Diskon listrik diharapkan dapat meringankan beban tersebut dan memungkinkan mereka untuk memenuhi kebutuhan lainnya.
Sebelumnya, pemerintah telah mengumumkan rencana pemberian diskon listrik sebagai bagian dari stimulus ekonomi. Namun, dalam pengumuman resmi, diskon tersebut tidak termasuk dalam daftar stimulus yang diluncurkan. Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan bahwa proses penganggaran diskon listrik mengalami keterlambatan.
Sebagai kompensasi, pemerintah memberikan Bantuan Subsidi Upah (BSU) kepada jutaan pekerja berpenghasilan rendah. Namun, bagi sebagian masyarakat, seperti Fitri dan Nisa, BSU tidak menjadi solusi yang tepat untuk mengatasi beban ekonomi yang mereka hadapi akibat pembatalan diskon listrik.
- Pembatalan diskon tarif listrik telah menimbulkan kekecewaan di kalangan masyarakat, terutama bagi keluarga dengan anak yang akan memasuki tahun ajaran baru.
- Bagi sebagian masyarakat, BSU tidak menjadi solusi yang tepat untuk mengatasi beban ekonomi yang mereka hadapi akibat pembatalan diskon listrik.