NTT Diproyeksikan Jadi Lumbung Garam Nasional: Trenggono Optimis Saingi Australia
markdown Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, baru-baru ini melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT), untuk meninjau lokasi yang direncanakan sebagai kawasan sentra industri garam nasional. Langkah ini merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk mencapai swasembada garam pada tahun 2027.
Kedatangan Menteri Trenggono disambut dengan tarian tradisional Lilete, sebuah penghormatan budaya setempat. Dalam kesempatan tersebut, Trenggono menyampaikan keyakinannya bahwa Rote Ndao memiliki potensi besar untuk menjadi pusat produksi garam industri nasional. Letak geografisnya yang strategis, sejajar dengan Australia yang dikenal sebagai salah satu produsen garam terbesar di dunia, menjadi salah satu faktor penentu.
"Kita akan segera menuju swasembada garam dan ini alhamdulillah sangat lancar untuk mencari lokasi. Kita bisa mendapatkan satu lokasi yang sangat bagus, ada danau, laut yang kita temukan cukup luas dan sudah kita uji salinitasnya cukup bagus," kata Trenggono saat acara kick off pembangunan kawasan industri garam nasional di Rote Ndao.
Trenggono bahkan berani membandingkan potensi Rote Ndao dengan Dampier, Australia, sebuah wilayah yang terkenal dengan produksi garamnya. "Kita meyakini ini adalah setara dengan Dampier, setara dengan Australia dan kalau kita tarik garis lurus sama ini satu daerah," tegasnya.
Pengembangan Bertahap dengan Target Produksi Tinggi
Rencana pengembangan kawasan sentra industri garam nasional di NTT akan dibagi menjadi 10 zona, disesuaikan dengan kondisi topografi dan morfologi Kabupaten Rote Ndao. Pembangunan akan dilaksanakan secara bertahap, dengan rincian sebagai berikut:
- Tahap 1 (2025): Seluas 1.193 Ha
- Tahap 2 (2026): Seluas 9.541 Ha
- Tahap 3 (2027): Seluas 3.135 Ha
Pemerintah menargetkan produksi garam sebesar 200 ton per Ha per tahun. Dengan demikian, total volume produksi yang diharapkan mencapai 2,6 juta ton per tahun, dengan nilai produksi sebesar Rp 2,6 triliun per tahun.
"Pembangunan (tahap 1) tahun ini harusnya selesai sehingga awal 2026 (Maret) harus sudah produksi," ujar Trenggono, menunjukkan optimisme terhadap kelancaran proyek ini.
Lebih dari Sekadar Swasembada Garam
Proyek tambak garam raksasa ini tidak hanya bertujuan untuk mencapai swasembada garam nasional. Pemerintah juga berharap dapat menciptakan lapangan pekerjaan yang signifikan, diperkirakan mencapai 25.639 orang, dari sektor hulu hingga hilir.
Dalam pengembangan kawasan ini, pemerintah menggandeng PT Garam untuk berperan di sektor hilir, memproses garam menjadi produk industri. Beberapa industri yang menjadi target adalah industri makanan, farmasi, dan Chlor Alkali Plant (CAP).
"Kan di situ ada nanti processing untuk industri aneka pangan, processing untuk industri farmasi, ada processing untuk CAP, PT Garam harus berperan ke sana. Di sisi lain juga nanti kita serahkan yang dibangun pemerintah tentu tidak bisa sebagai pelaku," pungkas Trenggono, menjelaskan peran strategis PT Garam dalam rantai nilai industri garam nasional.