Pertemuan Megawati, Prabowo, dan Gibran di Hari Lahir Pancasila: Sorotan PDIP pada Sikap dan Protokoler

Politikus PDIP, Guntur Romli, memberikan tanggapannya terkait interaksi antara Megawati Soekarnoputri, Prabowo Subianto, dan Gibran Rakabuming Raka dalam upacara peringatan Hari Lahir Pancasila. Fokus utama tanggapan ini adalah pada dinamika hubungan antar tokoh serta interpretasi pertemuan tersebut dalam konteks politik yang lebih luas.

Guntur Romli menekankan bahwa kehadiran Megawati dalam acara kenegaraan tersebut adalah wujud komitmen untuk memperkuat Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi bangsa. Pertemuan dengan para pemimpin negara, termasuk Prabowo, dipandang sebagai implementasi sila ketiga Pancasila, yaitu persatuan Indonesia, serta semangat gotong royong yang merupakan esensi dari Pancasila menurut Bung Karno.

Ia menyoroti bahwa Megawati dan Prabowo tidak memiliki permasalahan personal maupun politis. Pertemuan keduanya lebih dilihat sebagai bagian dari upaya membangun kebersamaan dalam konteks kebangsaan. Hal ini sekaligus menepis anggapan adanya ketegangan atau konflik yang mungkin dipersepsikan oleh publik.

Menanggapi pernyataan Sekjen Partai Gerindra, Muzani, mengenai adanya diskusi antara Megawati dan Gibran, Guntur Romli menyatakan bahwa pihaknya belum memiliki informasi yang memvalidasi klaim tersebut. Fokus PDIP saat itu lebih tertuju pada interaksi antara Megawati dan Prabowo.

Ia juga menyinggung status Gibran yang secara organisatoris sudah tidak lagi menjadi bagian dari PDI Perjuangan. Meskipun demikian, Megawati tetap bersikap profesional dan tidak membawa isu perbedaan politik ke dalam acara kenegaraan. Kehadiran Gibran sebagai Wakil Presiden dianggap sebagai bagian dari protokoler kenegaraan yang harus dihormati.

Guntur Romli mengamati bahwa sikap Megawati terhadap Gibran terlihat biasa saja, tidak seakrab atau sedekat seperti hubungannya dengan Prabowo atau Try Sutrisno yang juga hadir dalam acara tersebut. Perbedaan sikap ini diinterpretasikan sebagai refleksi dari dinamika politik yang ada.

Ia mengimbau masyarakat untuk lebih fokus pada makna peringatan Hari Lahir Pancasila sebagai momentum untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Bulan Juni, yang identik dengan bulan Bung Karno, diharapkan dapat menjadi inspirasi untuk mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Upacara peringatan Hari Lahir Pancasila tersebut dihadiri oleh sejumlah tokoh penting negara, termasuk Wakil Presiden ke-6 RI Try Sutrisno, Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI Jusuf Kalla, Mensesneg Prasetyo Hadi, dan Menlu Sugiono. Kehadiran para tokoh ini semakin menegaskan pentingnya acara tersebut sebagai momentum untuk memperkokoh komitmen terhadap Pancasila.