Rem Blong Akibat Kelebihan Muatan, Truk Picu Tabrakan Beruntun di Gerbang Tol Ciawi
Kecelakaan lalu lintas yang melibatkan truk dengan muatan berlebih kembali terjadi, menyoroti risiko serius dari praktik over dimension over load (ODOL). Insiden terbaru terjadi di Gerbang Tol (GT) Ciawi 2 arah Jakarta, di mana sebuah truk dilaporkan mengalami rem blong akibat kelebihan muatan, menyebabkan tabrakan beruntun.
Menurut keterangan dari Kepala Induk PJR Tol Jagorawi, Kompol Jazuli, peristiwa ini terjadi pada Senin (2/6) siang, sekitar pukul 13.20 WIB. Truk tersebut, yang mengangkut muatan air, melaju dari GT Caringin Utama Tol Ciawi-Sukabumi. Namun, setibanya di GT Ciawi 2, diduga sistem pengereman truk wing boks tersebut mengalami kegagalan, yang berujung pada serangkaian tabrakan.
"(Kendaraan) dari Cigombong (Kabupaten Bogor) melewati Gerbang Caringin Utama. Pada saat di Caringin Utama remnya berfungsi, tiba-tiba nyampe sini katanya remnya tidak berfungsi," ujar Jazuli, menggambarkan kronologi kejadian berdasarkan informasi awal.
Lebih lanjut, Jazuli menjelaskan bahwa sopir truk tersebut menyatakan kendala rem mulai terasa saat hendak menurunkan gigi persneling menjelang GT Ciawi 2. "Tadi pada saat menjelang gerbang (GT CIawi 2), dia posisi di gigi 4, mau pindah ke gigi 3, keterangan dari sopir remnya tidak berfungsi," imbuhnya.
AKP Santi Marintan, Kanit Gakkum Satlantas Polresta Bogor Kota, menambahkan bahwa truk yang kehilangan kendali tersebut menabrak beton pembatas di GT Ciawi 2. Akibatnya, truk terus melaju dan menabrak kendaraan lain yang berada di depannya.
"Menurut pengakuan sopir, saat mengemudikannya mengalami gagal fungsi rem sehingga menabrak guardrail, kemudian guardrail tersebut terempas mengenai kendaraan Colt Diesel nopol E-9108-E," jelas Santi.
"Mobil Mitsubishi Fuso terus melaju sehingga menabrak bagian belakang kendaraan Toyota Innova, yang baru menyelesaikan transaksi tol menuju arah Jakarta," lanjutnya, menggambarkan dampak tabrakan beruntun tersebut.
Investigasi awal menunjukkan bahwa truk tersebut membawa muatan melebihi kapasitas yang seharusnya. Jazuli mengungkapkan bahwa truk tersebut mengangkut sekitar 25 ton muatan, padahal seharusnya hanya 15 ton.
"Informasinnya muatan truk 25 ton, melebihi kalau memang 25 ton. Seharusnya mungkin 15 ton, berarti dia lebih (kelebihan muatan)," tegas Jazuli.
Menyikapi maraknya kasus truk ODOL, Korlantas Polri terus menggencarkan sosialisasi terkait zero ODOL. Program sosialisasi ini telah dimulai sejak 1 Juni 2025 dan akan berlangsung selama 30 hari ke depan. Kakorlantas Polri, Irjen Agus Suryonugroho, menekankan pentingnya keselamatan dan perlindungan infrastruktur jalan dalam program ini.
"Inti dari sosialisasi over dimensi dan over load adalah demi keselamatan orang dan tidak rusaknya infrastruktur jalan, karena keselamatan orang adalah nomor satu," ujar Irjen Agus.
Irjen Agus juga menginstruksikan jajaran kepolisian lalu lintas untuk memperbarui data kepemilikan kendaraan yang terindikasi melakukan pelanggaran ODOL.
Sementara itu, Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Soerjanto Tjahjono, mengungkapkan bahwa permasalahan truk ODOL juga dirasakan oleh pengemudi dan pemilik truk. Selain risiko kecelakaan dan kerusakan kendaraan, praktik ODOL juga menimbulkan masalah biaya operasional.
"Di samping truk akan lebih cepat rusak dan sangat berisiko mengalami kecelakaan lalu lintas, mereka juga sangat menginginkan operasional normal tetapi dengan biaya terpenuhi atau tercukupi. Menurut para pengemudi truk, mengendarai truk kelebihan dimensi dan muatan sangat mengerikan. Ibaratnya, kalau direm hari Senin berhentinya hari Sabtu," kata Soerjanto.
Soerjanto juga menyoroti pentingnya pemberantasan praktik pungutan liar (pungli) yang membebani pengusaha angkutan barang dan pengemudi truk. "Biaya ini bisa mencapai total 15 persen sampai 35 persen dari ongkos angkut tergantung daerah dan jenis barang yang diangkut," pungkasnya.