Mengenal Enterokolitis: Penyebab, Gejala, dan Cara Pencegahan

Mengenal Enterokolitis: Penyebab, Gejala, dan Cara Pencegahan

Kabar kurang menyenangkan datang dari dunia hiburan, aktor senior Jaja Miharja dikabarkan tengah berjuang melawan infeksi usus. Peristiwa ini menjadi pengingat bagi kita semua untuk lebih peduli terhadap kesehatan sistem pencernaan. Infeksi usus atau dalam dunia medis dikenal sebagai enterokolitis merupakan kondisi peradangan yang menyerang usus halus dan usus besar.

Apa Itu Enterokolitis?

Enterokolitis adalah istilah medis yang menggambarkan peradangan pada usus halus (enteritis) dan usus besar (kolitis). Peradangan ini dapat mengganggu fungsi normal usus dalam menyerap nutrisi dan membuang limbah. Kondisi ini lebih sering terjadi pada individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti bayi, lansia, atau mereka yang memiliki penyakit imunokompromais.

Penyebab Enterokolitis:

Beberapa faktor dapat memicu terjadinya enterokolitis, antara lain:

  • Infeksi Bakteri: Bakteri seperti Escherichia coli (E. coli) dan Clostridium difficile (C. difficile) dapat menyebabkan peradangan pada usus. Infeksi C. difficile sering terjadi setelah penggunaan antibiotik karena antibiotik dapat membunuh bakteri baik di usus, memberi kesempatan bagi C. difficile untuk berkembang biak dan menghasilkan racun.
  • Infeksi Virus dan Parasit: Virus seperti penyebab flu perut (gastroenteritis virus) dan parasit seperti Giardia dapat menyebabkan enterokolitis. Infeksi ringan biasanya sembuh dengan sendirinya, tetapi pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, gejalanya bisa lebih parah.
  • Efek Samping Antibiotik: Penggunaan antibiotik yang berlebihan atau tidak tepat dapat mengganggu keseimbangan bakteri di usus dan memicu enterokolitis.
  • Reaksi Alergi Makanan: Food Protein-Induced Enterocolitis Syndrome (FPIES) adalah bentuk alergi makanan yang menyebabkan peradangan pada lapisan usus. Kondisi ini lebih sering terjadi pada anak-anak di bawah usia dua tahun.
  • Penyakit Bawaan atau Genetik: Kondisi genetik seperti Hirschsprung-associated enterocolitis dapat menyebabkan penyumbatan dan penumpukan bakteri di usus, memicu infeksi serius.
  • Masalah Kadar Sel Darah Putih: Kadar sel darah putih yang rendah (neutropenia) dapat meningkatkan risiko infeksi usus yang disebut neutropenic enterocolitis. Kondisi ini sering terjadi pada pasien yang menjalani kemoterapi.
  • Kematian Jaringan di Lapisan Usus: Necrotizing enterocolitis (NEC) terjadi ketika peradangan menyebabkan kematian jaringan usus akibat kekurangan aliran darah. Kondisi ini lebih sering terjadi pada bayi prematur.

Gejala Enterokolitis

Gejala enterokolitis bervariasi tergantung pada penyebab dan tingkat keparahan infeksi. Beberapa gejala umum meliputi:

  • Diare (kadang berdarah)
  • Nyeri perut
  • Kram perut
  • Mual dan muntah
  • Demam
  • Kembung
  • Kehilangan nafsu makan
  • Dehidrasi
  • Kelelahan

Pencegahan Enterokolitis

Beberapa langkah pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terkena enterokolitis antara lain:

  • Menjaga kebersihan: Cuci tangan secara teratur dengan sabun dan air, terutama setelah menggunakan toilet dan sebelum makan.
  • Memasak makanan dengan benar: Pastikan makanan dimasak hingga matang sempurna untuk membunuh bakteri dan parasit.
  • Menghindari makanan yang berisiko: Hindari makanan yang berpotensi terkontaminasi, seperti makanan mentah atau kurang matang.
  • Menggunakan antibiotik dengan bijak: Hindari penggunaan antibiotik yang tidak perlu dan selalu ikuti petunjuk dokter.
  • Meningkatkan sistem kekebalan tubuh: Konsumsi makanan bergizi, istirahat yang cukup, dan olahraga teratur untuk menjaga sistem kekebalan tubuh tetap kuat.

Dengan memahami penyebab, gejala, dan cara pencegahan enterokolitis, kita dapat lebih waspada dan menjaga kesehatan sistem pencernaan kita. Jika Anda mengalami gejala-gejala yang mencurigakan, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.