Kebijakan Jam Masuk Sekolah di Jawa Barat Tuai Kritik: Efek Negatif Bagi Siswa?
Gagasan Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk memberlakukan jam masuk sekolah pukul 06.00 pagi bagi siswa di seluruh tingkatan menuai reaksi beragam dari berbagai kalangan. Salah satu yang menyuarakan kekhawatiran adalah pengamat pendidikan, Bukik Setiawan. Menurutnya, kebijakan tersebut berpotensi kontraproduktif dan dapat mengganggu kualitas belajar serta kesejahteraan siswa.
Bukik Setiawan mengapresiasi niat pemerintah daerah dalam upaya meningkatkan kedisiplinan siswa. Namun, ia menekankan pentingnya mempertimbangkan aspek biologis, psikologis, dan sosial anak dalam merumuskan kebijakan pendidikan. Memajukan jam masuk sekolah secara signifikan dapat berdampak negatif pada ritme sirkadian remaja, yang secara alami membutuhkan waktu tidur lebih banyak dibandingkan orang dewasa. Akibatnya, siswa akan merasa kelelahan, sulit berkonsentrasi, dan mengalami penurunan daya serap materi pelajaran.
Lebih lanjut, Bukik Setiawan menguraikan dampak potensial kebijakan ini dari berbagai sudut pandang:
- Aspek Fisik: Bangun terlalu pagi, bahkan sebelum matahari terbit, dapat mengganggu kesehatan dan kebugaran fisik siswa.
- Aspek Psikologis: Kelelahan dan tekanan akibat kurang tidur dapat menurunkan motivasi belajar, meningkatkan stres, dan mengganggu kesejahteraan mental siswa.
- Aspek Sosial: Kebijakan ini dapat memperburuk kesenjangan bagi siswa yang tinggal jauh dari sekolah atau memiliki keterbatasan akses transportasi yang aman. Mereka akan menghadapi risiko keamanan dan kesulitan untuk tiba di sekolah tepat waktu.
Bukik Setiawan juga menyoroti bahwa kebijakan ini berpotensi memperlebar kesenjangan antara siswa, alih-alih meningkatkan hasil belajar secara keseluruhan. Ia menekankan pentingnya mempertimbangkan dampaknya secara komprehensif sebelum diterapkan.
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, sebelumnya menyampaikan gagasan mengenai pemberlakuan jam masuk sekolah pukul 06.00 pagi untuk siswa dari tingkat dasar hingga menengah. Ia bahkan mengajak pemerintah daerah di wilayahnya untuk menerapkan kebijakan ini, dengan tujuan memberikan tambahan hari libur di akhir pekan bagi siswa. Dedi Mulyadi menjelaskan bahwa kebijakan ini sebelumnya telah diterapkan saat dirinya menjabat sebagai Bupati Purwakarta. Ia juga mendorong penyeragaman hari belajar bagi siswa SMP dan SMA di seluruh Jawa Barat, yang saat ini masih berbeda.
Menanggapi hal ini, Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat, Purwanto, menyatakan bahwa pihaknya akan menindaklanjuti arahan Gubernur Dedi Mulyadi secara serius dan tengah mempersiapkan aturan terkait sistem baru tersebut.