Ratusan Siswa SMP di Buleleng Hadapi Kendala Membaca, Diduga Alami Gangguan Kecemasan Akut
Kabupaten Buleleng, Bali, menghadapi tantangan serius dalam dunia pendidikan. Sebuah laporan terbaru mengungkap bahwa 356 siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di wilayah ini mengalami kesulitan membaca. Kondisi ini mendorong Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) untuk menerjunkan tim relawan yang terdiri dari dosen dan mahasiswa guna memberikan pendampingan intensif kepada para siswa.
Kadek Suranata, Koordinator Tim FIP Undiksha, menjelaskan bahwa akar permasalahan ini sangat kompleks. Berbagai faktor seperti gangguan kognitif, masalah fisik, disleksia, gangguan emosional dan psikososial, serta kurangnya motivasi dan dukungan dari lingkungan keluarga, menjadi penyebab utama kesulitan membaca yang dialami para siswa. Kondisi ini diperparah dengan adanya temuan bahwa beberapa siswa menunjukkan reaksi kecemasan ekstrem saat proses pendampingan berlangsung, bahkan sampai mengalami buang air besar di celana.
Dari hasil asesmen yang dilakukan oleh tim relawan, ditemukan bahwa:
- 43,1% siswa berada pada level dasar, belum menguasai abjad dan kesulitan mengeja.
- 36,5% siswa masuk kategori menengah, mampu mengenali huruf namun kesulitan membaca kalimat panjang atau kata dengan konsonan ganda.
- 20,4% siswa berada di level lanjut, lancar membaca tetapi belum memahami isi bacaan.
Wayan Widiana, Dekan FIP Undiksha, menambahkan bahwa program pendampingan ini melibatkan mahasiswa yang secara intensif mendampingi satu siswa sebanyak dua hingga lima kali dalam seminggu. Intensitas pendampingan disesuaikan dengan lokasi, dimana siswa di wilayah perkotaan mendapatkan pendampingan lebih sering dibandingkan siswa di pedesaan karena faktor jarak dan waktu.
Upaya ini diharapkan dapat memberikan intervensi teknis yang efektif dalam mengatasi masalah kesulitan membaca yang dihadapi siswa SMP di Buleleng, serta membantu mereka meningkatkan kemampuan literasi dan meraih prestasi yang lebih baik.