Surat Menyentuh Hati Menteri Pigai: Kisah Inspiratif Siswi SD di Magelang
Di tengah kesibukannya mengemban amanah negara, Menteri Hak Asasi Manusia, Natalius Pigai, dikejutkan oleh sebuah surat sederhana yang tiba di mejanya pada pertengahan Mei 2025. Surat itu bukan berasal dari tokoh penting atau pejabat tinggi, melainkan dari seorang siswi sekolah dasar bernama Margareta Widji Wijayanti.
Widji, seorang murid kelas VI dari SD Kanisius Kenalan, yang terletak di Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, menuangkan isi hatinya dalam surat tersebut. Ia bercerita tentang berbagai hal, mulai dari hobinya memasak, cita-citanya menjadi seorang chef, hingga kegiatan sosial yang rutin ia lakukan bersama teman-temannya menjelang Paskah.
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah, Mustafa Beleng, mengungkapkan bahwa Menteri Pigai sangat terkesan dengan isi surat Widji. "Beliau sangat menghargai aktivitas sosial yang dilakukan di SD Kanisius Kenalan dan keberanian seorang anak SD untuk mengirimkan surat kepada seorang menteri," ujarnya.
Surat bertanggal 17 Mei 2025 itu dikirimkan Widji melalui kantor pos di Yogyakarta pada tanggal 20 Mei 2025. Pengiriman surat ini merupakan bagian dari kegiatan mider kutha (pelesir) yang diadakan sekolah ke Yogyakarta dan Surakarta. Saat ini, Widji yang berusia 12 tahun tengah bersiap untuk melanjutkan pendidikannya ke tingkat SMP di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dalam suratnya, Widji menceritakan tentang kegemarannya memasak dan cita-citanya untuk menjadi seorang chef profesional. Namun, yang paling menyentuh hati Menteri Pigai adalah cerita Widji tentang kegiatan sosial tospo (tengok orang sakit dan jompo) yang rutin digelar oleh SD Kanisius Kenalan menjelang Pekan Suci Paskah.
"Terkadang saya sedih melihat kondisi orang yang dikunjungi," tulis Widji dalam suratnya. "Dari kegiatan ini, saya belajar untuk lebih peduli terhadap sesama."
Kegiatan tospo melibatkan anak-anak sekolah yang mengunjungi lansia atau warga sakit yang tinggal sendiri. Mereka memberikan doa, semangat, dan bantuan berupa sembako. Widji mengaku sengaja mengirimkan surat kepada Menteri Pigai karena ia merasa bahwa kegiatan tospo berkaitan erat dengan hak asasi manusia.
"Tapi, saya baru tahu nama menterinya setelah mencari di Google," ujarnya sambil tersenyum.
Sebagai bentuk apresiasi atas inisiatif Widji, Menteri Pigai memberikan hadiah pribadi berupa buku doa, rosario, dan tas punggung yang diserahkan langsung di SD Kanisius Kenalan. "Ini adalah hadiah pribadi dari Natalius Pigai, bukan sebagai seorang menteri," tegas Mustafa Beleng.
Kepala SD Kanisius Kenalan, Yosef Onesimus Maryono, menjelaskan bahwa kegiatan tospo merupakan bagian dari pembelajaran kontekstual yang berangkat dari persoalan nyata di lingkungan sekitar. Selain tospo, sekolah juga rutin mengadakan kegiatan lain seperti tilik belik (menengok mata air) dan saba wana (berkunjung ke ladang).
Menurut Onesimus, murid-murid terlibat aktif dalam memetakan lokasi dan kebutuhan orang yang akan dikunjungi, sehingga mereka belajar untuk membangun empati dan solidaritas. "Beberapa waktu lalu sempat ramai deep learning. Menurut saya, apa yang kami lakukan ini sejalan dengan konsep itu," ujarnya.
Kisah inspiratif dari Margareta Widji Wijayanti ini menjadi bukti bahwa kepedulian terhadap sesama dapat tumbuh sejak usia dini dan menginspirasi banyak orang, bahkan seorang menteri sekalipun.