Haji Mabrur: Indikasi Utama, Merendahkan Diri di Hadapan Sang Khalik
Haji Mabrur: Indikasi Utama, Merendahkan Diri di Hadapan Sang Khalik
Wakil Menteri Agama, Romo Muhammad Syafii, mengemukakan pandangannya mengenai esensi haji mabrur. Beliau menekankan bahwa salah satu indikator utama seorang haji yang mabrur adalah hilangnya kebanggaan diri terhadap pencapaian duniawi dan fokus sepenuhnya pada ketaatan kepada Allah SWT.
Landasan pemahaman ini berakar pada interpretasi Surah Al-Baqarah ayat 200, yang mengingatkan umat Muslim untuk senantiasa mengingat Allah SWT melebihi ingatan mereka terhadap hal-hal duniawi setelah menunaikan ibadah haji. Penjelasan ini disampaikan pada konferensi pers Haji yang disiarkan melalui kanal Youtube Kemenag RI. Ayat ini menjadi pedoman bahwa seorang haji yang mabrur tidak lagi merasa superior atau berbangga diri atas pencapaian duniawi, melainkan termotivasi untuk meningkatkan ketaatannya kepada Allah SWT.
Seseorang yang meraih predikat haji mabrur tidak lagi mengagungkan status sosial, kekayaan, atau jabatan yang dimilikinya. Sebaliknya, mereka menggunakan segala kelebihan yang diberikan Allah SWT sebagai sarana untuk memperkuat ibadah dan mendekatkan diri kepada-Nya. Misalnya, seseorang yang berasal dari keluarga terhormat tidak lagi menjadikan garis keturunannya sebagai alasan untuk merasa lebih tinggi dari orang lain. Mereka justru berusaha menggunakan pengaruh dan kesempatan yang dimiliki untuk berbuat kebaikan dan meningkatkan ketaatan kepada Allah SWT.
Demikian pula, kekayaan dan kekuasaan tidak lagi menjadi tujuan utama dalam hidup mereka. Segala yang dimiliki diarahkan untuk memberikan manfaat bagi sesama dan beribadah kepada Allah SWT. Haji mabrur tercermin dalam peningkatan kualitas ibadah vertikal (hubungan dengan Allah SWT) dan menguatnya kesalehan sosial (ibadah horizontal).
Menurut Romo Syafii, dua aspek ini menjadi tolok ukur utama untuk menilai kemabruran haji seseorang. Beliau berharap agar para jamaah haji Indonesia dapat kembali ke tanah air dengan membawa semangat ketaatan yang lebih mendalam dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat di sekitarnya.
Dapat disimpulkan bahwa esensi haji mabrur terletak pada transformasi diri yang signifikan, dari kecintaan terhadap duniawi menuju ketaatan penuh kepada Allah SWT. Seorang haji yang mabrur akan senantiasa berusaha untuk meningkatkan kualitas ibadah dan memberikan manfaat bagi sesama, sehingga keberadaannya menjadi rahmat bagi seluruh alam.