Eksplorasi Kiswah: Sejarah, Bahan, dan Prosesi Penggantian Kain Penutup Ka'bah

Ka'bah, kiblat umat Islam sedunia yang berlokasi di Masjidil Haram, Mekkah, bukan hanya sebuah bangunan fisik, melainkan juga simbol spiritual mendalam. Dibangun oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, Ka'bah menyimpan berbagai fakta sejarah dan tradisi yang kaya, salah satunya adalah Kiswah.

Kiswah, kain penutup Ka'bah, bukan sekadar kain biasa. Ia adalah simbol penghormatan dan kemuliaan terhadap Baitullah. Terbuat dari sutra murni berwarna hitam, Kiswah dihiasi dengan kaligrafi ayat-ayat Al-Qur'an yang disulam dengan benang emas dan perak. Kaligrafi tersebut mencakup kalimat tauhid, pujian kepada Allah SWT, serta Surah Al-Ikhlas yang terukir di bagian sabuk Kiswah.

Bahan dan Ukuran Kiswah

Kiswah memiliki dimensi yang mengesankan, dengan tinggi mencapai 14 meter. Sabuk Kiswah yang melingkar di sepertiga bagian atas memiliki lebar 95 cm dan panjang 47 meter, terdiri dari 16 potongan kain. Ayat-ayat Al-Qur'an yang terukir di sabuk ini dibordir dengan benang perak berlapis emas, menambah kemewahan dan keagungan Kiswah. Selain itu, Kiswah juga mencakup tirai pintu Ka'bah setinggi 7,5 meter dan lebar 4 meter, yang juga dihiasi dengan ayat-ayat Al-Qur'an.

Proses Pembuatan Kiswah

Proses pembuatan Kiswah membutuhkan waktu sekitar 10 bulan. Dengan berat mencapai 650 kilogram, Kiswah dibuat dengan teliti dan hati-hati oleh para pengrajin yang ahli di bidangnya. Pembuatan Kiswah melibatkan berbagai tahapan, mulai dari penenunan kain sutra, penyulaman kaligrafi, hingga penyelesaian akhir. Setiap detail diperhatikan untuk memastikan Kiswah yang dihasilkan berkualitas tinggi dan layak untuk menutupi Ka'bah.

Sejarah Penutupan Ka'bah dengan Kiswah

Sejarah mencatat berbagai pendapat mengenai siapa yang pertama kali menutupi Ka'bah dengan Kiswah. Beberapa riwayat menyebutkan Nabi Ismail, sementara yang lain menyebutkan Adnan, buyut Rasulullah SAW. Namun, riwayat yang paling banyak diterima adalah Tubba' bin Abi Karab As'ad, seorang penguasa Himyar, sebagai orang pertama yang menutupi Ka'bah dengan Kiswah. Tubba' menutupi Ka'bah dengan daun kurma dan bunga Ma'afir yang harum sebagai bentuk penghormatan.

Tradisi Penggantian Kiswah

Tradisi penggantian Kiswah dilakukan setiap tahun pada tanggal 9 Dzulhijjah, bertepatan dengan Hari Arafah. Prosesi ini dilakukan setelah salat asar, di mana para petugas menggunakan tangga listrik untuk membentangkan Kiswah baru di keempat sisi Ka'bah. Kiswah lama kemudian dilepas dengan memotong 47 simpul yang mengikatnya. Prosesi ini dilakukan dengan cepat dan hati-hati agar Ka'bah tidak dibiarkan tanpa penutup.

Perkembangan Pembuatan Kiswah

Seiring berjalannya waktu, proses pembuatan Kiswah mengalami perkembangan. Pada awalnya, Kiswah dibuat dari kain tenun Mesir yang disebut Qabathi. Kemudian, pada masa Muawiyah bin Abu Sufyan, Kiswah dibuat dari dua jenis kain, yaitu kain sutra dan kain Qabathi. Pada tahun 1223 M, Sultan Al-Muiz Lidinillah dari Dinasti Fathimi mendirikan tempat khusus pembuatan Kiswah di Kairo. Saat ini, Kiswah diproduksi di sebuah kompleks khusus di Mekkah dengan menggunakan teknologi modern dan tetap mempertahankan nilai-nilai tradisional.

Wanita Pertama Pembuat Kiswah

Nabilah binti Habbab tercatat sebagai wanita pertama yang membuat Kiswah. Setelahnya, Umar bin Khattab dan Utsman bin Affan secara bergantian membuat Kiswah dari kain tenun Mesir yang disebut Qabathi.

Kiswah bukan hanya sekadar kain penutup Ka'bah, melainkan juga simbol penghormatan, kemuliaan, dan keagungan Baitullah. Proses pembuatan dan penggantian Kiswah merupakan tradisi yang dijaga dan dilestarikan dari generasi ke generasi. Kiswah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas Ka'bah dan menjadi daya tarik bagi jutaan umat Islam yang datang berkunjung setiap tahunnya.