Transisi Energi: Indonesia Berpacu Meningkatkan Kualitas SDM untuk Penuhi Kebutuhan 'Green Jobs'

Indonesia tengah berupaya memaksimalkan potensi penciptaan lapangan kerja hijau atau green jobs seiring dengan implementasi Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034. Namun, realisasi potensi ini membutuhkan langkah strategis dan terencana, terutama dalam peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) agar selaras dengan kebutuhan transisi energi.

Koaksi Indonesia, sebuah lembaga yang fokus pada isu-isu keberlanjutan, menyoroti pentingnya kesiapan tenaga kerja nasional untuk menjawab tantangan dan peluang yang muncul dari transisi energi. Hasil riset yang dilakukan Koaksi Indonesia bersama BOI Research pada tahun 2024 menunjukkan adanya kesenjangan antara minat generasi muda untuk berkontribusi pada sektor ramah lingkungan dengan ketersediaan informasi, pelatihan, akses, dan dukungan kebijakan yang memadai.

Kesenjangan Keterampilan dan Peluang Pelatihan

Menurut data RUPTL, sektor pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) diperkirakan akan menyerap tenaga kerja terbanyak, yaitu sekitar 348 ribu orang, diikuti oleh PLTP (42 ribu) dan PLTA (129 ribu). Proyek-proyek ini memerlukan keahlian teknis khusus yang saat ini belum banyak tersedia di pasar kerja Indonesia.

Koaksi Indonesia menekankan perlunya program upskilling dan reskilling yang inklusif untuk mengatasi kesenjangan keterampilan ini. Program-program ini harus dirancang untuk membekali tenaga kerja dengan kompetensi yang dibutuhkan dalam pengembangan dan pengelolaan energi terbarukan.

Peta Jalan Pengembangan Tenaga Kerja Hijau

Pemerintah Indonesia telah meluncurkan Peta Jalan Pengembangan Tenaga Kerja Hijau Indonesia yang disusun oleh Bappenas pada April 2025. Peta jalan ini diharapkan menjadi panduan dalam pengembangan green jobs di Indonesia. Namun, implementasi peta jalan ini perlu didorong secara lebih konkret, terutama dalam bentuk pelatihan keterampilan yang responsif terhadap kebutuhan transisi energi di tingkat daerah dan lokal, termasuk kelompok masyarakat yang terdampak oleh penutupan atau pengurangan aktivitas di sektor energi fosil.

Manajer Advokasi Kebijakan Koaksi Indonesia, A Azis Kurniawan, menekankan pentingnya peta jalan yang terukur. Tanpa pengukuran yang jelas, potensi green jobs yang besar di sektor kelistrikan, yang saat ini mencapai 91 persen dari 836.696 tenaga kerja di subsektor pembangkitan, terancam tidak dapat diakses oleh kelompok yang membutuhkan pekerjaan.

Rekomendasi untuk Mewujudkan Green Jobs yang Berkelanjutan

Koaksi Indonesia memberikan empat rekomendasi agar potensi green jobs dapat terwujud dan memberikan manfaat yang luas bagi masyarakat:

  • Penyusunan Strategi Nasional: Pemerintah perlu segera menyusun strategi nasional reskilling dan upskilling yang didasarkan pada peta jalan green jobs.
  • Keterlibatan Multi-pihak: Pemerintah daerah, sektor swasta, dan institusi pendidikan perlu dilibatkan secara aktif dalam pengembangan program pelatihan.
  • Fokus pada Generasi Muda: Generasi muda perlu dilibatkan secara aktif melalui sekolah vokasi, SMK, dan program pemagangan.
  • Keadilan Sosial: Prinsip keadilan sosial harus menjadi fondasi dalam seluruh proses transisi energi agar tidak memperlebar ketimpangan.

Direktur Kemitraan Strategis dan Pengembangan Koaksi Indonesia, Indra Sari, menyatakan bahwa green jobs dapat menjadi jembatan menuju ekonomi hijau jika dirancang secara terencana, terukur, inklusif, adil, dan berkelanjutan.