Trump Geram Dituduh Sakit Hati Ditolak Harvard: Bantah Pernah Mendaftar

Mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengecam keras tuduhan yang menyebutkan dirinya memiliki dendam pribadi terhadap Universitas Harvard. Tuduhan tersebut bermula dari pernyataan seorang jurnalis yang mengklaim bahwa Trump sengaja menargetkan Harvard karena pernah ditolak masuk ke universitas tersebut.

Trump, melalui platform media sosialnya, Truth Social, membantah keras tuduhan tersebut. Ia menyatakan bahwa dirinya tidak pernah mendaftar ke Harvard dan menuding jurnalis tersebut menyebarkan berita palsu. Trump menegaskan bahwa ia adalah lulusan Wharton School of Finance di University of Pennsylvania.

Perseteruan Trump dengan Universitas Ivy League

Ketegangan antara Trump dan beberapa universitas Ivy League, khususnya Harvard, memang telah berlangsung lama. Sejak kembali berkuasa, Trump mengambil tindakan tegas terhadap universitas-universitas tersebut, dengan alasan memerangi antisemitisme. Pemerintahannya bahkan telah mencabut hibah dan sertifikasi yang memungkinkan Harvard menerima mahasiswa internasional.

Bantahan dan Tuduhan Balik

Tuduhan yang dilontarkan oleh jurnalis Michael Wolff dalam sebuah podcast, memicu kemarahan Trump. Wolff mengklaim bahwa kebijakan keras Trump terhadap Harvard didorong oleh rasa sakit hati karena pernah ditolak masuk universitas tersebut. Wolff juga menambahkan bahwa Trump menyimpan dendam terhadap universitas Ivy League.

Juru bicara Gedung Putih, Taylor Rodgers, juga mengecam Wolff dan media The Daily Beast, menuduh mereka menyebarkan berita palsu demi menarik perhatian (clickbait).

Kebijakan Kontroversial Trump terhadap Kampus

Langkah-langkah kontroversial yang diambil pemerintahan Trump terhadap Harvard termasuk:

  • Pencabutan hibah senilai hampir US$ 3 juta.
  • Pencabutan sertifikasi Program Mahasiswa dan Pengunjung Pertukaran (SEVP), yang melarang Harvard menerima mahasiswa internasional (ditangguhkan sementara oleh pengadilan).
  • Tuntutan penghentian program keberagaman, kesetaraan, dan inklusi (DEI).
  • Reformasi kebijakan disiplin mahasiswa.
  • Penerapan larangan penggunaan masker.

Tindakan-tindakan ini memicu perdebatan sengit tentang kebebasan akademik dan peran pemerintah dalam mengatur universitas.