Perbedaan Pandangan dengan Presiden Trump Jadi Alasan Elon Musk Tinggalkan Jabatan di Pemerintahan

Elon Musk, tokoh inovatif di balik perusahaan seperti Tesla dan SpaceX, telah mengakhiri masa jabatannya sebagai pemimpin Department of Government Efficiency (DOGE) Amerika Serikat pada 30 Mei 2025. Pengunduran dirinya ini memicu berbagai spekulasi, dan akhirnya Musk angkat bicara mengenai alasan di balik keputusannya tersebut.

Dalam sebuah wawancara yang disiarkan oleh CBS Sunday Morning, Musk mengungkapkan bahwa perbedaan pandangan dengan Presiden Donald Trump menjadi faktor utama yang mendorongnya untuk mundur dari jabatannya. Ia mengakui bahwa meskipun ia setuju dengan banyak kebijakan pemerintah, terdapat perbedaan mendasar dalam beberapa isu penting.

"Bukan berarti saya selalu sepakat dengan semua hal di pemerintahan. Saya sepakat dengan banyak hal yang dilakukan pemerintah. Namun, kami memiliki pandangan yang berbeda," kata Musk, seperti dikutip dari New York Post.

Salah satu poin perbedaan yang paling mencolok adalah kebijakan tarif impor yang diterapkan oleh pemerintahan Trump. Musk berpendapat bahwa kebijakan tersebut memiliki dampak yang luas dan signifikan, meskipun ia tetap menghormati otoritas presiden dalam mengambil keputusan.

Selain itu, Musk juga secara terbuka mengkritik Rancangan Undang-Undang (RUU) yang dikenal dengan nama "Big Beautiful Bill" yang diusung oleh pemerintahan Trump. Ia khawatir bahwa RUU tersebut berpotensi membebani anggaran negara, yang bertentangan dengan misi utama DOGE, yaitu meningkatkan efisiensi dan melakukan penghematan.

Musk juga menyinggung tekanan yang dihadapi DOGE sebagai lembaga yang bertugas memangkas birokrasi dan pemborosan anggaran. Ia merasa bahwa DOGE seringkali menjadi sasaran kritik dan disalahkan atas berbagai kebijakan pemangkasan anggaran.

DOGE sendiri merupakan departemen khusus yang dibentuk oleh Presiden Trump sebagai bagian dari janji kampanyenya untuk merampingkan birokrasi dan mengurangi pemborosan anggaran negara. Musk ditunjuk sebagai kepala DOGE dengan status "stafsus", yang memungkinkannya untuk bekerja maksimal 130 hari dalam setahun. Ia tidak menerima gaji atas posisinya tersebut dan tidak diwajibkan untuk melaporkan kekayaannya secara publik.

Selama masa jabatannya, Musk menjadi sorotan publik karena perannya yang unik sebagai seorang tokoh bisnis yang terjun ke dalam birokrasi pemerintahan. Sebelumnya, ia dikenal sebagai pendukung Trump dan sempat terlibat dalam tim kampanye presiden dari Partai Republik.

Setelah mengundurkan diri dari DOGE, Musk menyatakan niatnya untuk kembali fokus pada bisnisnya, terutama Tesla dan SpaceX. Dalam sesi earning call Tesla pada 22 April lalu, ia telah mengisyaratkan akan mengalihkan perhatiannya kembali ke sektor swasta.

"Mulai bulan depan, saya akan mengalokasikan lebih banyak waktu saya untuk Tesla," ujarnya saat itu.

Presiden Trump sendiri sebelumnya telah memberikan indikasi bahwa masa tugas Musk tidak akan diperpanjang. Ia mengakui bahwa Musk adalah sosok yang luar biasa, tetapi ia meyakini bahwa Musk memiliki perusahaan besar yang harus diurus.

Rincian Perbedaan Pandangan:

  • Tarif Impor: Musk tidak setuju dengan kebijakan tarif impor yang diterapkan pemerintahan Trump karena dianggap berdampak luas.
  • RUU "Big Beautiful Bill": Musk mengkritik RUU ini karena berpotensi membebani anggaran negara, yang bertentangan dengan misi efisiensi DOGE.

Dengan pengunduran dirinya ini, Musk kembali ke fokus utamanya di dunia bisnis, sementara pemerintahan Trump harus mencari pengganti untuk memimpin upaya efisiensi pemerintah.