Sorotan Internasional: Pemilu Korsel, Upaya Perdamaian Ukraina, Penarikan Pasukan AS, Krisis Politik Mongolia, dan Tragedi Gaza
Berikut adalah rangkuman berita internasional yang menjadi perhatian utama pada hari ini:
Pemilu di Korea Selatan Digelar di Tengah Harapan Pembaruan
Jutaan warga Korea Selatan berbondong-bondong menuju tempat pemungutan suara (TPS) untuk menggunakan hak pilih mereka dalam pemilihan presiden. Pemilu ini diharapkan membawa perubahan signifikan setelah masa ketidakstabilan politik yang dipicu oleh keadaan darurat militer yang diberlakukan oleh mantan Presiden Yoon Suk Yeol, yang kemudian dimakzulkan. Antrean panjang terlihat di berbagai TPS, mencerminkan antusiasme warga untuk berpartisipasi dalam proses demokrasi dan memilih pemimpin baru.
Trump Siap Menjadi Mediator dalam Konflik Rusia-Ukraina
Mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menyatakan kesediaannya untuk memfasilitasi pertemuan antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Turki. Inisiatif ini bertujuan untuk membuka jalan bagi gencatan senjata dalam konflik yang berkepanjangan antara kedua negara. Pernyataan Trump muncul setelah perundingan antara delegasi Moskow dan Kyiv di Istanbul belum membuahkan hasil yang signifikan.
Amerika Serikat Mengurangi Kehadiran Militer di Suriah
Pemerintah Amerika Serikat telah menarik ratusan tentaranya dari Suriah dalam beberapa pekan terakhir. Langkah ini sejalan dengan strategi baru yang diterapkan oleh pemerintahan saat ini terhadap kawasan tersebut, serta dampak dari berakhirnya rezim mantan Presiden Bashar al-Assad. Penarikan pasukan dilakukan secara bertahap dan terukur, dengan mempertimbangkan kondisi keamanan yang ada.
Perdana Menteri Mongolia Mengundurkan Diri Akibat Tekanan Publik
Perdana Menteri Mongolia, Luvsannamsrain Oyun-Erdene, mengumumkan pengunduran dirinya setelah kalah dalam mosi tidak percaya di parlemen. Mosi ini diajukan sebagai respons terhadap demonstrasi yang menuntut pertanggungjawaban atas dugaan korupsi dan gaya hidup mewah keluarga PM, terutama anaknya, serta protes terhadap kenaikan biaya hidup di negara tersebut. Hasil voting menunjukkan bahwa Oyun-Erdene kehilangan dukungan mayoritas anggota parlemen.
Serangan Israel di Rafah Menimbulkan Kecaman Internasional
Serangan militer Israel terhadap warga sipil di dekat pusat distribusi bantuan kemanusiaan di Rafah, Gaza, telah menyebabkan sedikitnya 27 orang tewas. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengecam keras serangan ini sebagai potensi "kejahatan perang". Insiden tragis ini terjadi di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang situasi kemanusiaan di Gaza dan menimbulkan seruan untuk investigasi independen.
Juru bicara badan pertahanan sipil Gaza, Mahmud Bassal, melaporkan bahwa puluhan korban jiwa disebabkan oleh "tembakan tank dan drone Israel" yang ditujukan kepada warga sipil yang sedang menunggu bantuan di Rafah.