Tantangan Mewujudkan Bandara Antariksa Mandiri di Indonesia: Kolaborasi dan Inovasi Jadi Kunci

Indonesia menghadapi sejumlah tantangan dalam mewujudkan ambisi memiliki bandara antariksa mandiri. Dibandingkan dengan negara-negara lain seperti India, pengembangan sektor antariksa di Indonesia dinilai masih tertinggal. Asosiasi Satelit Indonesia (ASSI) menyoroti beberapa faktor krusial yang menjadi penghambat realisasi proyek ambisius ini.

Salah satu kendala utama adalah kompleksitas ekonomi global saat ini. Sekretaris Jenderal ASSI, Sigit Jatiputro, berpendapat bahwa di era ekonomi yang saling terintegrasi, sangat sulit bagi sebuah negara untuk membangun bandara antariksa 100% secara mandiri. Ia menekankan pentingnya pendekatan bertahap, dimulai dengan membangun fasilitas pendukung seperti fasilitas pengisian bahan bakar, gudang penyimpanan satelit, dan tempat perakitan. Sigit juga menambahkan bahwa Indonesia perlu fokus pada riset dan pengembangan produk terkait antariksa di dalam negeri untuk memacu inovasi.

Ketua Umum ASSI, Anggoro K Widiawan, menekankan pentingnya kolaborasi dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Menurutnya, pembuatan satelit, kompleks peluncuran, dan kendaraan peluncur membutuhkan sumber daya dan keahlian yang besar, sehingga sulit untuk dilakukan sendiri. Kolaborasi dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura dapat menjadi solusi yang saling menguntungkan. Melalui forum-forum diskusi, negara-negara di kawasan ini dapat berbagi sumber daya, pengetahuan, dan keahlian untuk mewujudkan impian bersama di bidang antariksa.

ASSI baru-baru ini menggelar Asia Pasific Satellite Conference (Apsat) ke-21 dengan tema 'Innovating Satellite Ecosystems: Unlocking Value through Collaboration and Technological Advancements'. Konferensi ini menyoroti pentingnya sinergi antara inovasi teknologi, kebijakan berkelanjutan, dan kolaborasi regional untuk membangun ekosistem satelit yang tangguh dan inklusif. Apsat telah menjadi platform penting bagi pengembangan industri satelit di Asia Pasifik, memfasilitasi kemajuan teknologi dan kolaborasi strategis antarnegara dan sektor.

Berikut adalah beberapa langkah yang dapat ditempuh Indonesia untuk mewujudkan bandara antariksa:

  • Fokus pada riset dan pengembangan: Pemerintah dan lembaga riset perlu meningkatkan investasi dalam riset dan pengembangan teknologi antariksa.
  • Membangun fasilitas pendukung: Membangun fasilitas seperti fasilitas pengisian bahan bakar, gudang penyimpanan satelit, dan tempat perakitan akan menjadi fondasi penting.
  • Menjalin kolaborasi regional: Bekerja sama dengan negara-negara tetangga di Asia Tenggara dapat membuka akses ke sumber daya dan keahlian yang diperlukan.
  • Mendorong inovasi: Menciptakan lingkungan yang kondusif bagi inovasi di sektor antariksa akan menghasilkan solusi-solusi baru.
  • Memanfaatkan forum internasional: Berpartisipasi aktif dalam forum-forum seperti Apsat akan memfasilitasi pertukaran pengetahuan dan kolaborasi.

Dengan langkah-langkah strategis ini, Indonesia dapat mengatasi tantangan dan mewujudkan impian memiliki bandara antariksa mandiri, sekaligus memperkuat posisinya di sektor antariksa global.