Sorotan Ekonomi Terkini: Polemik Diskon Listrik, Keuntungan Tengkulak Beras, dan Implikasi Deflasi Mei
Polemik Diskon Listrik 50 Persen: Batal, Bahlil Angkat Tangan?
Rencana pemberian diskon tarif listrik sebesar 50 persen yang sempat mencuat untuk periode Juni-Juli 2025 kini menemui titik terang. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menyatakan ketidaktahuannya terkait kebijakan tersebut, termasuk pembatalannya. Ketika dikonfirmasi mengenai hal ini, Bahlil menyarankan agar pertanyaan serupa diajukan kepada pihak yang sebelumnya mengumumkan rencana diskon tersebut. Pernyataan ini memicu spekulasi dan pertanyaan mengenai koordinasi antar kementerian terkait kebijakan publik.
Jasa Marga Siapkan Diskon Tarif Tol Idul Adha
Di tengah isu diskon listrik, kabar baik datang dari sektor transportasi. PT Jasa Marga (Persero) Tbk berencana memberikan diskon tarif tol sebesar 20 persen di sembilan ruas jalan tol selama periode libur Idul Adha dan libur sekolah. Direktur Utama Jasa Marga, Rivan Achmad Purwantono, mengungkapkan bahwa daftar ruas tol yang akan mendapatkan diskon masih dalam proses pengajuan kepada Menteri Perhubungan dan Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT). Diskon ini diharapkan dapat meringankan beban biaya perjalanan masyarakat yang hendak berlibur atau merayakan Idul Adha di kampung halaman.
Tambang Maut Gunung Kuda: Izin Dicabut, Investigasi Mendalam Diperlukan
Tragedi di tambang Gunung Kuda, Cirebon, berujung pada pencabutan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren) Al-Azhariyah. Koperasi ini diketahui sebagai pemilik izin tambang berdasarkan data dari Dinas ESDM Provinsi Jawa Barat. Gubernur Jawa Barat telah mengambil tindakan tegas dengan mencabut izin tersebut. Kejadian ini memicu sorotan terhadap pengawasan dan penerapan standar keselamatan pertambangan di Indonesia, terutama pada tambang-tambang yang dikelola oleh pihak swasta atau koperasi.
Deflasi Mei 2025: Sinyal Pemulihan Ekonomi atau Alarm Perlambatan?
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat deflasi sebesar 0,37 persen pada Mei 2025. Ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin, menilai bahwa deflasi ini merupakan dampak siklikal pasca-Lebaran dan belum pulihnya daya beli masyarakat. Chief Economist Bank Syariah Indonesia (BSI), Banjaran Surya Indrastomo, menambahkan bahwa deflasi ini merupakan tren musiman, tetapi perlu diwaspadai jika berlanjut dan memicu perlambatan ekonomi lebih lanjut. Deflasi dapat mengindikasikan penurunan permintaan dan aktivitas ekonomi, namun juga dapat menjadi sinyal bahwa harga-harga mulai terkoreksi setelah periode inflasi tinggi.
Ironi Keuntungan Rantai Pasok Beras: Tengkulak Kaya, Petani Merana
Menteri Pertanian (Mentan) mengungkapkan ketimpangan dalam rantai pasok beras. Para tengkulak beras (middleman) diperkirakan meraup keuntungan hingga Rp 42 triliun dari selisih harga di tingkat penggilingan dan eceran. Sementara itu, para petani yang bekerja keras di ladang hanya mendapatkan keuntungan sekitar Rp 1 juta hingga Rp 1,5 juta per bulan. Ketimpangan ini menunjukkan adanya masalah dalam sistem distribusi dan tata niaga beras yang perlu dibenahi agar petani dapat memperoleh hasil yang lebih adil dari kerja keras mereka.