Indonesia Waspadai Lonjakan Kasus COVID-19: Varian JR.1 Terdeteksi, WHO Soroti Peningkatan Global
Pemerintah Indonesia tengah meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi lonjakan kasus COVID-19 setelah Menteri Kesehatan (Menkes) mengakui adanya kenaikan kasus. Menkes menyampaikan bahwa kenaikan ini belum separah yang terjadi di Singapura dan Thailand, yang dipengaruhi oleh tingginya mobilitas wisatawan.
Dalam keterangan pers di Mahkamah Konstitusi, Jakarta Pusat, Menkes mengungkapkan hasil genome sequencing menunjukkan dominasi varian JR.1, subvarian Omicron, yang juga banyak ditemukan di Singapura dan Thailand. Meskipun demikian, Menkes meyakinkan bahwa tingkat fatalitas varian ini relatif rendah.
Menanggapi surat edaran yang beredar, Menkes telah menginstruksikan dinas kesehatan di seluruh Indonesia untuk memperketat surveilans dan melaporkan setiap temuan kasus COVID-19. Sampai saat ini, pemerintah belum memberlakukan pembatasan perjalanan masuk dan keluar Indonesia, mengingat dampak yang ditimbulkan oleh varian tersebut dinilai mirip dengan flu biasa.
Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan adanya penambahan 7 kasus baru COVID-19 pada periode 25-31 Mei 2025, sehingga total kasus sepanjang tahun 2025 mencapai 72 kasus. Positivity rate pada periode tersebut tercatat sebesar 2,05 persen, yang berarti dari setiap 100 orang yang diperiksa, 2 orang dinyatakan positif COVID-19. Peningkatan kasus terjadi pada minggu ke-17 hingga minggu ke-19 di Provinsi Banten, Jakarta, dan Jawa Timur, dengan puncak kenaikan pada minggu pertama Januari 2025 sebanyak 27 kasus. Positivity rate tertinggi tercatat pada minggu ke-19, yaitu sebesar 3,62 persen.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melalui laporan Disease Outbreak News (DONs) menyoroti peningkatan aktivitas global SARS-CoV-2 sejak pertengahan Februari 2025, terutama di negara-negara Mediterania Timur, Asia Tenggara, dan Pasifik Barat. Positivity rate global mencapai 11 persen, level tertinggi sejak Juli 2024.
WHO juga mencatat adanya pergeseran tren varian yang bersirkulasi secara global sejak awal 2025. Varian LP.8.1 mengalami penurunan, sementara NB.1.8.1 yang kini masuk dalam kategori Variant Under Monitoring (VUM) meningkat menjadi 10,7 persen dari sequence global hingga pertengahan Mei 2025.