Polemik Efektivitas Job Fair: Antara Harapan Pencari Kerja dan Tanggapan Perusahaan

Polemik Efektivitas Job Fair: Antara Harapan Pencari Kerja dan Tanggapan Perusahaan

Sebuah video viral di media sosial memicu perdebatan mengenai efektivitas bursa kerja atau job fair. Video tersebut menuding job fair hanya sebagai ajang pencitraan perusahaan dan pemenuhan target kinerja (KPI) instansi pemerintah. Namun, pandangan ini tidak sepenuhnya disetujui oleh semua pihak.

Di tengah kontroversi tersebut, Job Fair Jakarta Barat 2025 tetap menarik minat para pencari kerja. Acara yang digelar di GOR Tanjung Duren, Grogol Petamburan, pada hari Selasa, 3 Juni 2025, ini menjadi wadah bagi mereka yang optimis mencari peluang kerja.

Rifqi (18), seorang lulusan SMA, mengungkapkan ketidakpeduliannya terhadap anggapan negatif tentang job fair. Ia datang dengan harapan mendapatkan pekerjaan. "Yang penting sudah usaha, siapa tahu rezeki saya bisa diterima kerja dari event ini," ujarnya. Pengalaman ini merupakan yang pertama bagi Rifqi. "Saya ingin mencoba kesempatan baru saja sih, apalagi saya baru lulus tahun ini," tambahnya.

Dama (18), lulusan baru lainnya, juga memiliki semangat yang sama. Ia bahkan telah menyiapkan tiga berkas lamaran kerja sebelum menghadiri job fair. "Saya sudah lihat di masing-masing medianya, memang lagi membuka kerja lowongan," ungkapnya.

Bantahan Perusahaan dan Pemerintah

Menanggapi keraguan sebagian masyarakat, sejumlah perusahaan peserta menegaskan bahwa partisipasi mereka dalam job fair bukanlah sekadar formalitas. Perwakilan PT Bank Rakyat Indonesia (BRI), Gilang Rizki (30), menekankan bahwa BRI benar-benar mencari kandidat melalui job fair. "Kalau dari kami, enggak formalitas sih. Karena di sini kami emang benar-benar mencari kandidat," tegas Gilang.

Gilang menjelaskan bahwa dalam beberapa job fair sebelumnya, pelamar yang datang melalui ajang tersebut telah berhasil melewati proses rekrutmen hingga menjadi pegawai. "Benar (akan ada yang dipanggil). Karena udah beberapa job fair pun ada memang yang dipanggil sampai mereka ke tahap teller. Murni memang benar mencari kandidat terbaik," imbuhnya.

Senada dengan BRI, Human Resource Development (HRD) Indomaret Jakarta 1, Ferri Ferdiawan, menyatakan bahwa keikutsertaan perusahaannya dalam job fair selalu disertai dengan lowongan yang nyata. "Jelas kalau di kami di Indomaret sudah pasti ada lowongan, tidak mungkin perusahaan kami mengikuti kegiatan job fair tanpa adanya posisi yang dibuka," katanya. Ferri menambahkan bahwa perusahaan juga wajib melaporkan hasil rekrutmen kepada penyelenggara dan Dinas Ketenagakerjaan.

Pemerintah Kota Jakarta Barat juga membantah tudingan bahwa job fair hanya sekadar formalitas. Wakil Wali Kota Jakarta Barat, Yuli Hartono, menegaskan bahwa perusahaan yang berpartisipasi benar-benar membuka lowongan kerja. "Tidak, tidak benar. Semua perusahaan yang hadir memang membuka peluang kerja. Jangan patah semangat," ujarnya usai membuka acara job fair.

Yuli Hartono menjelaskan bahwa job fair diselenggarakan tidak hanya untuk menurunkan angka pengangguran, tetapi juga sebagai upaya memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap layanan ketenagakerjaan. "Kami akan terus mendorong perusahaan memberikan kesempatan sesuai kompetensi pencari kerja. Ini upaya serius, bukan sekadar menggugurkan kewajiban," tegasnya.

Kepala Suku Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Energi Jakarta Barat, Jackson Dianrus Sitorus, menambahkan bahwa Job Fair Jakarta Barat kali ini diikuti oleh 41 perusahaan swasta, tiga instansi pemerintah, dan enam UMKM binaan, dengan total 3.504 lowongan kerja yang ditawarkan.

Komitmen Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

Pernyataan senada juga datang dari Kepala Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Energi Provinsi Jakarta, Syaripudin. Ia menegaskan bahwa pihaknya sangat serius dalam memastikan pelaksanaan job fair benar-benar memberikan dampak nyata. "Anggapan bahwa job fair hanyalah formalitas itu tidak benar. Pemerintah melalui Disnakertransgi Jakarta sangat serius dalam memastikan bahwa job fair menjadi sarana yang efektif untuk mempertemukan pencari kerja dengan perusahaan yang memang benar-benar membuka lowongan," ujarnya.

Syaripudin menjelaskan bahwa sebelum pelaksanaan, dilakukan technical meeting dengan perusahaan peserta untuk memastikan kesiapan mereka membuka lowongan secara nyata. Ia juga menambahkan bahwa pelaksanaan job fair selalu dilengkapi dengan proses pelaporan yang rinci dan dapat dipertanggungjawabkan. "Setelah job fair selesai, terdapat proses penyampaian laporan dari hasil pelaksanaan job fair mulai dari jumlah pelamar, progress rekrutmen termasuk berapa yang lanjut ke tahap wawancara hingga berapa banyak yang diterima sehingga semua terukur dan bisa dipertanggungjawabkan," ungkapnya.

Pemerintah juga secara rutin menindaklanjuti hasil rekrutmen untuk memastikan bahwa job fair memberikan kontribusi nyata dalam mengurangi pengangguran. "Jadi bisa kami tegaskan bahwa job fair bukanlah sekadar formalitas. Pemerintah terus berupaya menjaga integritas acara job fair agar benar-benar menjadi solusi nyata bagi pencari kerja dan kebutuhan tenaga kerja perusahaan," pungkasnya.