Lee Jae-myung Amankan Kursi Kepresidenan Korea Selatan Pasca Pemakzulan Yoon Suk Yeol
Komisi Pemilihan Umum Nasional (CEN) Korea Selatan secara resmi mengumumkan Lee Jae-myung, kandidat dari Partai Demokrat, sebagai presiden terpilih. Pengumuman ini menandai berakhirnya masa jabatan Yoon Suk Yeol yang dimakzulkan akibat kegagalan penerapan darurat militer.
Ketua CEN, Roh Tae-ak, menyampaikan pernyataan resmi yang menegaskan kemenangan Lee Jae-myung dari Partai Demokrat. Perjalanan Lee menuju kursi kepresidenan diwarnai berbagai rintangan, termasuk gugatan hukum, isu skandal, serta insiden penyerangan fisik. Namun, ia berhasil mengatasi semua tantangan tersebut dan meraih kemenangan meyakinkan.
Sosok Lee Jae-myung dikenal dengan gaya kepemimpinannya yang populis. Latar belakangnya yang berasal dari keluarga sederhana menjadi daya tarik tersendiri bagi para pendukungnya. Ia dinilai mampu memahami dan merepresentasikan aspirasi masyarakat kelas bawah.
Perjalanan Hidup Lee Jae-myung
- Lee Jae-myung harus putus sekolah dan bekerja di pabrik untuk membantu perekonomian keluarganya.
- Ia mengalami kecelakaan kerja yang menyebabkan cedera siku permanen.
- Dengan kegigihan, Lee berhasil meraih beasiswa untuk belajar hukum dan menjadi pengacara.
Pengalaman hidupnya yang sulit membentuk karakter Lee Jae-myung dan memberinya pemahaman mendalam tentang masalah-masalah yang dihadapi masyarakat. Ia kerap menekankan pentingnya memperhatikan nasib mereka yang kurang beruntung.
Kiprah Politik Lee Jae-myung
Sebelum terjun ke dunia politik nasional, Lee Jae-myung menjabat sebagai walikota Seongnam selama dua periode. Selama masa jabatannya, ia berhasil menutup pasar daging anjing terbesar di Korea Selatan, sebuah langkah signifikan dalam upaya perlindungan hewan.
Setelah itu, Lee menjabat sebagai gubernur Provinsi Gyeonggi, wilayah dengan populasi terbesar di Korea Selatan. Ia memimpin provinsi tersebut selama lebih dari tiga tahun sebelum mencalonkan diri sebagai presiden.
Lee Jae-myung pernah mencoba peruntungannya dalam pemilihan presiden tahun 2022, namun dikalahkan oleh Yoon Suk Yeol dengan selisih suara yang sangat tipis. Pada tahun 2024, ia menjadi korban penyerangan dengan senjata tajam yang hampir merenggut nyawanya. Pelaku penyerangan mengaku sebagai pendukung Lee yang kecewa dan ingin mencegahnya menjadi presiden.
Dalam kampanyenya, Lee Jae-myung menjanjikan berbagai program pembangunan, termasuk peningkatan industri kecerdasan buatan Korea Selatan. Ia juga berjanji untuk menuntut pertanggungjawaban pihak-pihak yang terlibat dalam upaya darurat militer yang gagal.
Kontroversi dan Tantangan Hukum
Perjalanan politik Lee Jae-myung tidak lepas dari kontroversi dan masalah hukum. Ia menghadapi tuduhan korupsi terkait proyek pembangunan real estat dan pelanggaran undang-undang pemilu. Lee membantah semua tuduhan tersebut dan mengklaim bahwa tuduhan tersebut bermotif politik.
Mahkamah Agung Seoul sempat membatalkan putusan pengadilan yang membebaskan Lee dari dakwaan pelanggaran undang-undang pemilu dan memerintahkan pengadilan ulang. Namun, persidangan tersebut ditunda hingga setelah pemilihan presiden.
Kemenangan Lee Jae-myung sebagai presiden terpilih membawa konsekuensi hukum tersendiri. Para ahli hukum berpendapat bahwa persidangan atas kasus-kasus hukum yang melibatkan Lee akan ditangguhkan selama masa jabatannya karena kekebalan presiden. Persidangan tersebut baru akan dilanjutkan setelah masa jabatannya berakhir pada tahun 2030.
Terlepas dari kontroversi dan tantangan hukum yang dihadapinya, Lee Jae-myung berhasil meraih dukungan mayoritas rakyat Korea Selatan dan mengamankan kursi kepresidenan. Kemenangannya menandai babak baru dalam sejarah politik Korea Selatan.