Sony Pertimbangkan Alih Daya Produksi Xperia ke Pihak Ketiga
Perusahaan teknologi asal Jepang, Sony, dikabarkan akan melakukan perubahan signifikan dalam strategi produksi smartphone Xperia mereka. Alih-alih memproduksi perangkat secara mandiri di pabrik milik sendiri, Sony disebut-sebut tengah mempertimbangkan untuk menyerahkan seluruh proses perakitan kepada perusahaan pihak ketiga, atau yang dikenal sebagai Original Equipment Manufacturer (OEM).
Menurut laporan dari berbagai sumber, langkah ini diambil sebagai bagian dari upaya efisiensi dan restrukturisasi bisnis. OEM sendiri merupakan perusahaan yang berspesialisasi dalam memproduksi barang berdasarkan desain dan spesifikasi yang telah ditentukan oleh perusahaan lain. Dengan menggandeng OEM, Sony berharap dapat mengurangi biaya operasional dan lebih fokus pada pengembangan desain, fitur, dan teknologi inti dari smartphone Xperia.
Meski proses produksi fisik akan dialihkan ke pihak ketiga, Sony menegaskan bahwa mereka akan tetap memegang kendali penuh atas rancangan dan pengembangan perangkat. Ini berarti bahwa smartphone Xperia di masa depan akan tetap menampilkan identitas visual dan inovasi teknologi khas Sony, meskipun tidak diproduksi langsung di pabrik mereka sendiri.
Langkah ini sebenarnya bukan hal baru bagi Sony. Selama beberapa waktu terakhir, perusahaan telah menggunakan jasa OEM untuk memproduksi beberapa model smartphone kelas menengah mereka. Namun, jika laporan ini benar, maka strategi tersebut akan diperluas untuk mencakup seluruh lini produk Xperia, termasuk perangkat flagship.
Rumor yang beredar juga menyebutkan bahwa Sony bahkan telah menghilangkan kata "smartphone" dari daftar lini produksi di pabrik perakitan mereka di Thailand. Hal ini semakin menguatkan indikasi bahwa perusahaan serius dalam rencana mengalihkan seluruh proses produksi ke pihak ketiga.
Sony saat ini memiliki tiga fasilitas produksi smartphone yang tersebar di Thailand dan China. Jika rencana alih daya ini terealisasi, maka seluruh fasilitas tersebut kemungkinan besar akan beralih fungsi atau bahkan ditutup.
Salah satu alasan utama di balik keputusan ini adalah tekanan persaingan yang semakin ketat di pasar smartphone global. Dalam beberapa tahun terakhir, Sony menghadapi tantangan berat dari merek-merek asal China seperti Xiaomi, Oppo, dan Vivo, yang menawarkan perangkat dengan spesifikasi tinggi dan harga yang lebih kompetitif.
Di masa lalu, Sony merupakan salah satu pemain utama di pasar smartphone, bersaing ketat dengan merek-merek seperti HTC, LG, dan Samsung. Namun, seiring berjalannya waktu, pangsa pasar Sony terus menyusut. Meskipun demikian, perusahaan tetap memiliki peran penting dalam industri ini, terutama sebagai pemasok sensor kamera berkualitas tinggi untuk berbagai merek smartphone lainnya.
Perubahan strategi produksi ini diharapkan dapat membantu Sony untuk lebih fokus pada inovasi dan pengembangan produk, serta meningkatkan efisiensi operasional. Dengan demikian, perusahaan dapat terus bersaing di pasar smartphone yang semakin kompetitif dan mempertahankan posisinya sebagai salah satu pemain kunci dalam industri teknologi.
Sejauh ini, belum ada pernyataan resmi dari pihak Sony mengenai rencana alih daya produksi ini. Namun, jika laporan ini benar, maka langkah ini akan menjadi babak baru dalam perjalanan bisnis smartphone Xperia.