PDIP Soroti Pertemuan Megawati dan Gibran: Bukan Keakraban, Melainkan Protokoler Kenegaraan
Perjumpaan antara Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka dan Presiden ke-5 Republik Indonesia, Megawati Soekarnoputri, dalam acara peringatan Hari Lahir Pancasila baru-baru ini, telah memicu beragam interpretasi di kalangan publik. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), tempat Megawati bernaung, memberikan perspektifnya terkait interaksi kedua tokoh tersebut.
Momen pertemuan Gibran dan Megawati terjadi saat upacara peringatan Hari Lahir Pancasila di Gedung Pancasila, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu). Presiden Prabowo Subianto juga hadir dalam acara tersebut. Prabowo dan Gibran tampak mengenakan pakaian sipil lengkap (PSL) dengan peci, sementara Megawati memilih busana serba putih.
Sebelum upacara dimulai, Gibran dikabarkan sempat berbincang dengan Megawati di ruang tunggu. Keduanya juga terlihat duduk berhadapan di sebuah ruangan, menciptakan kesan keakraban. Namun, PDIP memiliki pandangan yang berbeda mengenai interaksi ini.
Guntur Romli, seorang tokoh PDIP, menjelaskan bahwa kehadiran Megawati dalam acara kenegaraan tersebut adalah untuk memperkuat Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi bangsa. Pertemuan dengan para pemimpin negara, termasuk Gibran, dianggap sebagai pengamalan sila ke-3 Pancasila, yaitu persatuan Indonesia, serta semangat gotong royong yang menjadi intisari Pancasila menurut Bung Karno.
Lebih lanjut, Guntur Romli menekankan bahwa pertemuan Megawati dan Prabowo mencerminkan semangat kebangsaan. Ia menegaskan bahwa kedua tokoh tersebut tidak memiliki masalah pribadi, apalagi yang berkaitan dengan kepentingan bangsa. Terkait pernyataan Ketua MPR RI sekaligus Sekjen Partai Gerindra, Muzani, mengenai diskusi antara Megawati dan Gibran, Guntur Romli mengaku belum mendapatkan informasi yang membenarkan hal tersebut. PDIP lebih fokus pada pertemuan antara Megawati dan Presiden Prabowo.
"Kami tidak mengetahui informasi kalau benar ada perbincangan Ibu Megawati dengan Gibran. Karena fokus kami pertemuan Ibu Megawati dengan Presiden Prabowo," tutur Guntur.
Menurut Guntur Romli, kehadiran Gibran sebagai Wakil Presiden adalah bagian dari protokoler kenegaraan. Ia menilai sikap Megawati terhadap Gibran biasa saja, tidak sedekat dan seakrab seperti dengan Presiden Prabowo atau Try Sutrisno yang juga hadir dalam acara tersebut.
"Gibran kan Wapres, sesuai protokoler kenegaraan dia memang ada di situ, tapi kami lihat sikap Ibu Megawati biasa-biasa saja, tidak sedekat dan seakrab pada Presiden Prabowo atau Pak Try Sutrisno yang hadir," tambahnya.
Lebih lanjut, Guntur Romli menjelaskan bahwa secara organisasi, Gibran sudah tidak lagi bersama PDIP, begitu pula dengan Jokowi dan 27 orang lainnya. Meskipun demikian, Megawati tidak ingin membawa masalah ini ke dalam momen kenegaraan dan personal. Jika kebetulan bertemu, ia akan bersikap sewajarnya.
PDIP mengajak publik untuk fokus pada momen peringatan Hari Lahir Pancasila di bulan Juni, yang juga dikenal sebagai bulan Bung Karno. Momen ini diharapkan dapat memperkuat rasa persatuan dan kesatuan bangsa.
"Kita fokus pada momen apa itu terjadi. Karena ini memperingati Hari Lahir Pancasila dan pidato Bung Karno 1 Juni 1945, maka persatuan Indonesia dan gotong royong harus diprioritaskan," kata Guntur.