Fokus Ibadah Jelang Wukuf: Memahami Esensi Haji Mabrur dan Dampaknya bagi Masyarakat

Makkah, Arab Saudi - Jelang puncak ibadah haji, yaitu wukuf di Arafah, umat Muslim di seluruh dunia, termasuk jemaah haji Indonesia, mempersiapkan diri secara fisik dan mental. Ibadah haji yang mabrur menjadi dambaan setiap Muslim yang menunaikan rukun Islam kelima ini. Namun, apa sebenarnya makna haji mabrur dan bagaimana dampaknya bagi kehidupan bermasyarakat setelah kembali ke Tanah Air?

Amirsyah Tambunan, Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Amirulhaj, menekankan pentingnya fokus dalam melaksanakan seluruh rangkaian ibadah haji, dimulai dari wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah, hingga Mina. Menurutnya, ibadah haji membutuhkan kondisi fisik, mental, dan spiritual yang prima. Beliau juga mengingatkan jemaah haji dan petugas haji untuk mempersiapkan segala keperluan di Armuzna, termasuk kartu Nusuk, perlengkapan salat, Al-Qur'an, dan obat-obatan pribadi.

Lebih lanjut, Amirsyah menjelaskan bahwa haji mabrur tidak hanya sekadar rangkaian ibadah yang dilaksanakan dengan benar, tetapi juga tercermin dalam perilaku dan sikap seorang haji setelah kembali ke masyarakat. Haji yang mabrur adalah haji yang membawa kedamaian, ketenangan, dan manfaat bagi lingkungannya. Ia mengutip sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Jabir bin Abdillah RA, bahwa balasan bagi haji mabrur adalah surga. Rasulullah SAW juga menjelaskan tanda-tanda haji mabrur, yaitu memberikan makan kepada orang lain dan mengucapkan perkataan yang baik.

Amirsyah juga menyoroti potensi besar yang dimiliki oleh jemaah haji Indonesia. Dengan asumsi terdapat ratusan ribu jemaah haji setiap tahunnya, maka akan lahir pula individu-individu baru yang memiliki kepedulian sosial tinggi, arif, santun, dan menyejukkan suasana. Haji mabrur diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi bangsa Indonesia. Semakin banyak haji yang mabrur, semakin mudah bagi bangsa ini untuk menghadapi berbagai persoalan, termasuk krisis multidimensi seperti krisis akhlak, ekonomi, politik, dan budaya.

Oleh karena itu, Amirsyah mengajak seluruh jemaah haji Indonesia untuk senantiasa menjaga niat, fokus dalam beribadah, dan mengamalkan nilai-nilai haji mabrur dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, ibadah haji tidak hanya menjadi ritual tahunan, tetapi juga menjadi momentum untuk meningkatkan kualitas diri dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan bangsa.