Bijak Bermedia Sosial: Hindari Unggahan Kekecewaan Terkait Hasil UTBK Anak

Fenomena orang tua yang aktif di media sosial, kerap kali membagikan momen-momen penting dalam kehidupan anak-anak mereka. Unggahan ini bisa berupa prestasi yang membanggakan, atau bahkan, tak jarang, kekecewaan atas kegagalan, seperti tidak lolosnya Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK).

Namun, psikolog anak, Gloria Siagian, M.Psi., dari Mykidz Clinic, mengingatkan pentingnya menjaga privasi anak, terutama saat menghadapi situasi yang kurang menyenangkan. Ia menekankan bahwa mengungkapkan kekecewaan di media sosial bukanlah langkah bijak.

"Akan lebih baik jika orang tua berbicara langsung dengan anak mengenai kekecewaan mereka. Namun, jauh lebih bijaksana jika hal-hal seperti itu tidak diumbar di media sosial," ujarnya.

Anggi, sapaan akrabnya, menjelaskan bahwa remaja seringkali merasa tidak nyaman ketika urusan pribadi mereka diunggah ke media sosial, terlepas dari apakah unggahan tersebut bernada bangga atau kecewa. Orang tua perlu mempertimbangkan perasaan anak dalam situasi ini.

"Status di media sosial bisa dibaca oleh anak. Pertanyaannya, untuk apa kita membuat status jika tidak dikomunikasikan secara langsung?" ungkap Anggi.

Kurangnya komunikasi langsung dapat menimbulkan kesalahpahaman. Anak mungkin salah mengartikan unggahan orang tua dan merasa gagal membahagiakan mereka karena tidak lulus UTBK. Padahal, kekecewaan orang tua tidak selalu berarti mereka tidak bangga pada anak mereka. Tanpa penjelasan yang memadai, anak bisa merasa tidak dihargai.

Pentingnya Komunikasi Langsung

Orang tua berhak merasa kecewa ketika anak mereka tidak lulus UTBK. Namun, penting untuk menyampaikan kekecewaan tersebut secara langsung, dalam suasana yang terbuka dan suportif.

Komunikasi tatap muka memungkinkan anak memahami bahwa kekecewaan orang tua tidak bersifat mutlak. Orang tua dapat menyampaikan perasaan mereka dengan lebih nuansa dan empati.

"Misalnya, 'Mama juga kecewa, sama seperti kamu'. Nada dan intonasi yang berempati akan memberikan dampak yang berbeda dibandingkan dengan unggahan di media sosial yang tanpa nuansa emosional," jelas Anggi.

Setelah saling mengungkapkan perasaan, orang tua dan anak dapat bersama-sama mencari solusi dan merencanakan langkah selanjutnya. Diskusi ini akan membantu anak merasa didukung dan termotivasi untuk menghadapi tantangan di masa depan.

  • Dengarkan dengan Empati: Berikan anak kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya tanpa dihakimi.
  • Validasi Perasaan Anak: Akui bahwa kekecewaan dan kesedihan adalah hal yang wajar.
  • Fokus pada Kekuatan Anak: Ingatkan anak tentang kemampuan dan potensi yang dimilikinya.
  • Cari Solusi Bersama: Libatkan anak dalam mencari alternatif dan merencanakan langkah selanjutnya.
  • Berikan Dukungan: Pastikan anak tahu bahwa Anda akan selalu ada untuk mendukungnya, apapun yang terjadi.

Dengan komunikasi yang baik dan dukungan yang tulus, orang tua dapat membantu anak melewati masa sulit ini dan bangkit kembali dengan lebih kuat.