Kebijakan Jam Masuk Sekolah di Jawa Barat Tuai Kritik: P2G Soroti Kurangnya Dasar Riset dan Berpotensi Merugikan Siswa
Kebijakan jam masuk sekolah yang lebih awal di Jawa Barat menuai kritik dari Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G). Mereka mempertanyakan dasar kajian ilmiah yang mendasari keputusan tersebut, dan khawatir kebijakan ini justru akan berdampak negatif pada siswa.
Iman Zanatul Haeri, Kepala Bidang Advokasi Guru P2G, mengungkapkan bahwa kebijakan yang digagas oleh Gubernur sebelumnya, yang kemudian diimplementasikan dengan sedikit penyesuaian oleh Dinas Pendidikan Jawa Barat, tidak mempertimbangkan praktik umum di negara lain. Menurutnya, sebagian besar negara memulai kegiatan belajar mengajar antara pukul 07.30 hingga 08.30 pagi. Ia menyayangkan kurangnya kajian mendalam sebelum penerapan kebijakan ini.
"Kami berharap ada kajian terlebih dahulu sebelum memberlakukan KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) pukul enam pagi," ujarnya, menekankan perlunya belajar dari pengalaman Provinsi NTT yang pernah menerapkan kebijakan serupa, namun akhirnya merevisi kembali jam masuk sekolah setelah evaluasi komprehensif.
Koordinator P2G, Satriawan Salim, menambahkan bahwa masalah utama bukan hanya pada jam masuk sekolah itu sendiri, melainkan pada kurangnya perencanaan dan sistematis dalam perumusan kebijakan. Ia menentang menjadikan sistem pendidikan, guru, dan siswa sebagai objek percobaan yang tidak terencana dengan baik.
"Jangan jadikan sistem pendidikan, guru, dan anak sebagai upaya trial and error kebijakan yang tidak matang, tidak evidence based policy dan tidak research based policy," tegasnya.
Dampak Negatif Jam Masuk Sekolah Terlalu Pagi
Berbagai penelitian telah menunjukkan korelasi antara jam masuk sekolah yang terlalu pagi dengan kurangnya waktu tidur pada anak-anak. Kurang tidur dapat menyebabkan:
- Sulit berkonsentrasi
- Penurunan daya ingat
- Gangguan metabolisme tubuh
- Kelelahan
- Kecemasan
- Penurunan prestasi akademik
Idealnya, anak usia 13-18 tahun membutuhkan 8-10 jam tidur, sementara anak usia 6-12 tahun membutuhkan 9-12 jam tidur setiap malam. Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa banyak negara maju menerapkan jam masuk sekolah yang lebih siang.
Selain itu, penerapan jam masuk sekolah yang lebih pagi juga menimbulkan berbagai kendala praktis, seperti akses transportasi yang sulit bagi siswa dan guru yang tinggal jauh dari sekolah, serta masalah keamanan karena kondisi jalan yang masih sepi atau gelap di pagi buta. Guru dan orang tua juga merasa terbebani karena harus menyiapkan sarapan dan bekal lebih awal.
Masalah Pendidikan di Jawa Barat Lebih Kompleks
P2G mengakui bahwa tujuan awal kebijakan ini mungkin baik, yaitu untuk meningkatkan semangat belajar siswa. Namun, mereka berpendapat bahwa kualitas pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh jam masuk sekolah, tetapi juga oleh ekosistem pembelajaran di sekolah, pola asuh di rumah, serta kemampuan guru dalam menciptakan lingkungan belajar yang berkualitas.
Lebih lanjut, P2G menyoroti sejumlah masalah pendidikan lain yang lebih mendesak di Jawa Barat, seperti tingginya angka anak tidak sekolah (623.288 anak) dan putus sekolah (164.631 anak, tertinggi di tingkat SD secara nasional). Selain itu, masih banyak ruang kelas yang rusak berat (22 ribu ruang kelas) dan rusak sedang (59 ribu kelas), serta rendahnya persentase guru yang sudah disertifikasi (di bawah 40%).
"Kebijakan pendidikannya lebih banyak didasarkan pada ide spontanitas, bukan yang terencana dan sistematis sebagaimana konsep dasar pendidikan itu sendiri," pungkasnya.