DPR Soroti Kesiapan Transportasi Haji Lansia: Evaluasi Mendalam Bus Shalawat Mendesak
Evaluasi mendalam terhadap layanan bus shalawat yang mengantar jemaah haji Indonesia dari penginapan menuju Masjidil Haram menjadi fokus utama Tim Pengawas Haji (Timwas) DPR RI. Kunjungan lapangan ke Terminal Jiyad pada hari Minggu, 1 Juni 2025, mengungkap sejumlah permasalahan krusial, terutama terkait minimnya fasilitas transportasi yang memadai bagi jemaah lanjut usia (lansia).
Selly Andriany Gantina, anggota Timwas DPR RI, mengungkapkan keprihatinannya atas ketidakseimbangan antara jumlah bus shalawat yang tersedia dengan kebutuhan jemaah lansia. Dari total 140 bus yang beroperasi di Terminal Jiyad, hanya sekitar 15 unit atau 10% yang dikhususkan untuk lansia. Padahal, jumlah jemaah lansia dari seluruh Indonesia mencapai angka signifikan, yaitu sekitar 51 ribu orang.
"Idealnya, jemaah lansia mendapatkan prioritas dan kenyamanan dalam transportasi. Pertanyaan mendasar adalah, apakah mereka harus menunggu di terminal atau dapat dijemput langsung di hotel tempat mereka menginap?" ujarnya. Ia menekankan pentingnya pemisahan layanan bagi lansia dari jemaah reguler untuk memastikan kenyamanan dan keamanan.
Kurangnya sosialisasi mengenai titik keberangkatan bus shalawat di luar terminal juga menjadi sorotan. Akibatnya, banyak jemaah lansia yang tidak mengetahui alternatif tersebut dan terpaksa menunggu di terminal. Selain itu, minimnya penanda atau identitas yang jelas pada bus shalawat milik pemerintah Indonesia menyebabkan kebingungan di kalangan jemaah, yang berpotensi salah naik bus yang tidak sesuai dengan rute yang diinginkan.
Selly mengapresiasi kinerja petugas transportasi haji, yang saat ini mengoperasikan 127 bus shalawat, termasuk 32 unit yang dilengkapi fasilitas untuk jemaah disabilitas. Bus-bus ini melayani tiga terminal utama, yaitu Syib Amir, Jiyad, dan Jabal Ka'bah. Namun, ia menekankan perlunya evaluasi terhadap sistem pergerakan dan perputaran bus agar tidak mengganggu jadwal keberangkatan jemaah ke Masjidil Haram dan menyebabkan antrean panjang. Laporan mengenai kesulitan jemaah dalam mengakses bus shalawat menjadi dasar evaluasi yang mendesak.
Anggota Timwas DPR RI lainnya, Sofwan Dedy, menyoroti kendala teknis yang dihadapi petugas di lapangan. Ia menyebutkan bahwa sebagian besar hambatan tersebut berasal dari kebijakan ketat otoritas Arab Saudi. Sofwan mengusulkan pendekatan diplomatik dengan para pemangku kepentingan di Arab Saudi untuk menyelesaikan masalah-masalah teknis ini. Upaya diplomasi diharapkan dapat mempermudah koordinasi dan kelancaran operasional transportasi haji, khususnya dalam memberikan pelayanan terbaik bagi jemaah lansia.
Berikut adalah poin-poin penting yang menjadi perhatian Timwas DPR RI:
- Ketersediaan Bus Shalawat Lansia: Jumlah bus yang dialokasikan untuk jemaah lansia perlu ditingkatkan secara signifikan.
- Sistem Penjemputan: Pertimbangkan opsi penjemputan langsung di hotel untuk meminimalkan kesulitan bagi lansia.
- Sosialisasi Informasi: Tingkatkan sosialisasi mengenai titik keberangkatan bus shalawat, baik di terminal maupun di luar terminal.
- Identifikasi Bus: Berikan penanda atau identitas yang jelas pada bus shalawat milik Indonesia.
- Koordinasi dengan Otoritas Saudi: Lakukan pendekatan diplomatik untuk mengatasi kendala teknis yang dihadapi petugas di lapangan.