Ancaman Gelombang Panas Global Meningkat: Analisis Risiko Tahun 2025 Menyoroti Negara-negara Rentan

Para ilmuwan memperingatkan bahwa miliaran orang di seluruh dunia berpotensi terpapar cuaca panas ekstrem dalam periode Mei 2024 hingga Mei 2025. Analisis terbaru menyoroti dampak serius yang dapat ditimbulkan, termasuk peningkatan kasus penyakit, kerusakan signifikan pada sektor pertanian, dan bahkan peningkatan angka kematian. Kondisi ekstrem ini juga diperkirakan akan memberikan tekanan tambahan pada sistem energi dan infrastruktur perawatan kesehatan yang sudah ada.

Laporan dari World Weather Attribution, Climate Central, dan Palang Merah menekankan bahwa sementara bencana seperti banjir dan siklon sering mendominasi pemberitaan, gelombang panas seringkali menjadi peristiwa ekstrem yang paling mematikan. Panas ekstrem dapat bertindak sebagai 'pembunuh diam-diam', secara tidak langsung mengganggu layanan kesehatan dan memperburuk kondisi kesehatan individu yang rentan, terutama mereka yang berada dalam kelompok masyarakat berpenghasilan rendah, lanjut usia, atau memiliki kondisi medis yang mendasarinya.

Studi para ilmuwan menunjukkan bahwa perubahan iklim secara signifikan meningkatkan frekuensi dan intensitas peristiwa panas ekstrem di hampir seluruh negara di dunia. Jumlah hari dengan panas ekstrem dilaporkan meningkat setidaknya dua kali lipat dibandingkan dengan kondisi tanpa perubahan iklim, yang menggarisbawahi hubungan erat antara perubahan iklim dan peningkatan risiko gelombang panas.

Beberapa wilayah dan negara diidentifikasi sebagai yang paling berisiko menghadapi cuaca panas ekstrem pada tahun 2025:

  • China: Wilayah utara China telah mencatat suhu permukaan jalan yang melonjak hingga 70 derajat Celsius. Kota-kota seperti Zhengzhou mengalami suhu mencapai 41 derajat Celsius, sementara wilayah Linzhou dan Shahe mencatat suhu masing-masing 43,2 derajat Celsius dan 42,9 derajat Celsius.
  • Pakistan: Pada akhir April 2025, Pakistan mengalami gelombang panas ekstrem dengan suhu melonjak 4 hingga 7 derajat Celsius di atas normal. Beberapa wilayah mencatat suhu tertinggi hingga 49 derajat Celsius.
  • Thailand: Thailand melaporkan sejumlah kasus penyakit terkait panas, dengan perkiraan suhu berbahaya mencapai 52 derajat Celsius atau lebih tinggi di beberapa wilayah.
  • California, Amerika Serikat: Central Valley di California mencatat suhu di atas 37,78 derajat Celsius.
  • Spanyol: Sebagian besar wilayah Spanyol menunjukkan indikasi gelombang panas, memicu peringatan bagi wisatawan.

Para ahli iklim memperkirakan bahwa suhu global telah meningkat 1,4 derajat Celsius sejak pertengahan 1800-an, mendekati ambang batas 1,5 derajat Celsius yang ditetapkan sebagai target untuk membatasi dampak perubahan iklim. Peningkatan suhu ini berpotensi menyebabkan gelombang panas yang lebih parah, meningkatkan risiko kematian dan dampak kesehatan yang serius, serta meningkatkan risiko kebakaran hutan.

Para ilmuwan juga menyoroti bahwa wilayah Kutub Utara menghangat lebih cepat daripada bagian dunia lainnya, dan bahwa siklus cuaca El Nino dapat memperburuk pemanasan global. Jika tahun 2025 mencatat rekor suhu terpanas baru, hal itu akan mengindikasikan bahwa suhu ekstrem menjadi semakin umum, menyusul rekor yang telah dipecahkan pada tahun-tahun sebelumnya.