Bahlil Lahadalia Soroti Inkonsistensi Negara-Negara Eropa dalam Kebijakan Energi

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, baru-baru ini menyampaikan kritik terhadap negara-negara Eropa terkait kebijakan energi mereka. Dalam sebuah forum yang diadakan di Jakarta International Convention Center, Bahlil menyoroti adanya inkonsistensi antara seruan untuk meninggalkan energi fosil dengan tindakan nyata negara-negara tersebut yang masih mengimpor batu bara dari Indonesia.

Bahlil mempertanyakan sikap negara-negara Eropa yang gencar mempromosikan energi terbarukan dan meminta negara-negara berkembang untuk mengikuti jejak mereka, namun di sisi lain, tetap bergantung pada batu bara sebagai sumber energi. Ia menegaskan bahwa Indonesia akan terus memanfaatkan sumber daya batu bara yang dimilikinya untuk menjaga ketahanan energi nasional. Menurutnya, kepentingan nasional harus menjadi prioritas utama, bahkan jika hal itu berarti tetap menggunakan energi fosil.

Lebih lanjut, Bahlil menjelaskan bahwa emisi karbon yang dihasilkan oleh Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara dapat dikurangi dengan teknologi Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS). Dengan adanya teknologi ini, penggunaan batu bara sebagai bahan bakar dapat terus dilakukan tanpa mengabaikan isu lingkungan. Bahlil juga menekankan bahwa Indonesia tidak hanya fokus pada energi fosil, tetapi juga berkomitmen untuk mengembangkan energi bersih. Pemerintah berencana untuk meningkatkan kapasitas pembangkit energi terbarukan sebesar 42,6 GW, yang meliputi berbagai sumber energi seperti:

  • Energi Surya: 17,1 GW
  • Energi Air: 11,7 GW
  • Energi Angin: 7,2 GW
  • Energi Panas Bumi: 5,2 GW
  • Bioenergi: 0,9 GW
  • Energi Nuklir: 0,5 GW

Inisiatif ini menunjukkan keseriusan Indonesia dalam mendukung transisi energi global, sambil tetap memastikan ketersediaan energi yang terjangkau dan andal bagi masyarakatnya. Pernyataan Bahlil ini memicu diskusi tentang keadilan transisi energi dan perlunya kerjasama yang lebih erat antara negara maju dan berkembang dalam mengatasi tantangan perubahan iklim.