Jurnalis Indonesia di London Ungkap Kemudahan dan Kenyamanan Ibadah Haji dari Inggris
Ibadah haji, bagi banyak umat Muslim di Indonesia, kerap kali diidentikkan dengan antrean panjang dan penantian bertahun-tahun. Namun, pengalaman berbeda dialami oleh Mohamad Susilo, seorang jurnalis lepas dan pemandu wisata yang telah bermukim di London sejak tahun 2000. Ia menunaikan ibadah haji bersama istrinya pada tahun 2023 melalui jalur Inggris, sebuah proses yang digambarkannya cepat, mandiri, dan nyaman.
"Proses dari pendaftaran hingga keberangkatan hanya memakan waktu lima bulan," ungkap Susilo, dalam wawancara melalui telepon.
Susilo memanfaatkan platform Nusuk, sebuah platform daring resmi yang disediakan oleh pemerintah Arab Saudi untuk pendaftaran haji internasional. Melalui platform ini, ia memilih sendiri paket haji yang sesuai, melakukan pembayaran secara mandiri, dan mengikuti seluruh prosedur yang ditetapkan. Berbeda dengan sistem di Indonesia yang terpusat di bawah Kementerian Agama, umat Muslim di Inggris bertanggung jawab penuh atas pengaturan perjalanan haji mereka.
"Pemerintah Inggris tidak terlibat dalam penyelenggaraan haji. Semuanya adalah tanggung jawab pribadi," jelas Susilo.
Paket-paket haji yang ditawarkan bervariasi, mulai dari £6.000 hingga £20.000, tergantung pada fasilitas yang dipilih. Susilo memilih paket 20 hari dengan rute perjalanan Jeddah-Mekkah-Madinah.
Setelah pembayaran, calon jamaah akan diarahkan ke operator lokal yang ditunjuk oleh pemerintah Saudi. Operator ini bertanggung jawab atas pengaturan tiket pesawat, akomodasi hotel, fasilitas di Mina, dan transportasi selama berada di Tanah Suci.
Salah satu keuntungan utama berhaji dari Inggris, menurut Susilo, adalah ketiadaan masa tunggu. "Kuota yang tersedia cukup memadai, dengan jumlah peminat sekitar 4.000-5.000 orang per tahun. Siapa pun yang memenuhi syarat dapat langsung berangkat," paparnya.
Kemudahan ini juga dimanfaatkan oleh sejumlah mahasiswa Indonesia yang tengah menempuh studi S3 di Inggris. "Tahun itu, ada sekitar seratus WNI yang berhaji dari Inggris. Jumlahnya diperkirakan sama untuk tahun ini," imbuhnya.
Meski tidak ada keterlibatan Kementerian Agama, jamaah haji dari Inggris tetap mendapatkan pendampingan. Setiap kelompok kecil yang terdiri dari 15-20 orang akan didampingi oleh seorang pemandu wisata profesional yang bertindak sebagai contact person selama pelaksanaan ibadah haji.
"Pemandu ini memastikan semua kebutuhan dan rukun haji terpenuhi. Jika ada masalah, kami dapat langsung menghubungi mereka," kata Susilo.
Seluruh jadwal dan fasilitas telah diatur dengan baik, mulai dari transportasi antar kota, kunjungan ke tempat-tempat bersejarah seperti Gunung Uhud dan Masjid Quba, hingga kenyamanan selama berada di Mina.
Pengalaman berhaji dari Inggris memberikan kesan mendalam bagi Susilo. Di Mina, ia mendapati fasilitas yang jauh berbeda dari bayangan tentang suasana berdesakan dan antrean panjang.
"Kami tidak berdesakan. Mendapat kasur lipat, AC penuh, makanan prasmanan, es krim, minuman dingin, dan toilet bersih 24 jam. Tidak ada antrean," kenangnya.
Kenyamanan ini membuat Susilo merasa sangat bersyukur. "Saya pribadi merasa sangat bersyukur bisa berhaji dari Eropa. Fasilitasnya sangat baik," ujarnya.
Walaupun seluruh proses dilakukan secara mandiri, Susilo menilai bahwa pengalaman ini justru memperkuat kesiapan mental dan spiritualnya. Tanpa panduan dari negara asal, ia harus aktif mencari informasi dan memastikan semua rukun ibadahnya terpenuhi dengan sempurna.
"Haji ini benar-benar menjadi tanggung jawab pribadi. Namun, justru hal inilah yang membuat kami lebih siap dan terhubung langsung dengan prosesnya," pungkasnya.