Aktivitas Vulkanik Tangkuban Parahu Meningkat Drastis, Ratusan Gempa Frekuensi Rendah Tercatat

Aktivitas vulkanik Gunung Tangkuban Parahu menunjukkan peningkatan signifikan dalam beberapa hari terakhir. Peningkatan ini teramati melalui serangkaian kejadian gempa yang terekam oleh Pos Pengamatan Gunungapi.

Kristiyanto, Penyelidik Bumi Ahli Utama Badan Geologi, menjelaskan bahwa frekuensi gempa low frequency mengalami lonjakan yang cukup besar dibandingkan dengan kondisi normal. "Data kegempaan dan deformasi menunjukkan tren peningkatan. Pada tanggal 1 Juni, tercatat 100 kejadian gempa low frequency, meningkat menjadi 134 kejadian pada 2 Juni, dan melonjak lagi menjadi 270 kejadian pada 3 Juni," ungkap Kristiyanto saat ditemui di Lembang pada hari Rabu (4/6/2025).

Peningkatan aktivitas ini didasarkan pada jumlah kejadian gempa low frequency yang terdeteksi. Selain itu, data deformasi atau penggembungan tubuh Gunung Tangkuban Parahu juga menjadi indikator penting. Pengamatan deformasi dilakukan melalui alat Electronic Distance Measurement (EDM) atau GPS. Data ini kemudian disinkronkan dengan pengamatan visual dan dikoordinasikan dengan pengelola wisata.

Badan Geologi membandingkan pola peningkatan aktivitas Gunung Tangkuban Parahu saat ini dengan erupsi freatik yang pernah terjadi pada tahun 2019. Erupsi freatik adalah erupsi yang disebabkan oleh interaksi antara magma atau batuan panas dengan air, menghasilkan uap dan ledakan. "Kami tidak hanya melihat peningkatan aktivitas, tetapi juga faktor-faktor lain yang menyertai erupsi freatik tahun 2013 dan 2019. Kami terus mengkaji dan membandingkan polanya. Gunung ini termasuk gunung yang sering mengalami erupsi freatik, yaitu erupsi yang tidak selalu didahului oleh peningkatan aktivitas yang signifikan," jelas Kristiyanto.

Peningkatan aktivitas gunung yang terletak di perbatasan antara Lembang, Kabupaten Bandung Barat, dan Ciater, Kabupaten Subang, ini diduga disebabkan oleh beberapa faktor. "Penyebabnya bisa jadi akibat naiknya magma ke permukaan atau peningkatan tekanan di dekat permukaan, karena gunung ini termasuk gunung hidrotermal. Namun, hingga saat ini belum terjadi erupsi freatik," pungkas Kristiyanto.