Pasar Baru Jakarta: Antara Kenangan Kejayaan dan Tantangan Modernisasi

Jakarta, sebuah kota metropolitan yang terus berkembang, menyimpan jejak sejarah perdagangan yang kaya di Pasar Baru. Namun, denyut nadi ekonomi di kawasan ini terasa melambat, meninggalkan kenangan kejayaan di tengah tantangan zaman.

Pasar Baru, yang terletak di jantung Sawah Besar, Jakarta Pusat, kini menghadapi masa-masa sulit. Beberapa toko, terutama department store yang dulunya menjadi ikon perbelanjaan, telah menutup pintunya secara permanen atau hanya beroperasi dalam periode terbatas. Seorang petugas keamanan Pasar Baru, Sandra, mengungkapkan bahwa salah satu department store yang menjual pakaian dan celana hanya membuka gerainya setahun sekali, khusus selama bulan Ramadhan. Fenomena ini mencerminkan penurunan aktivitas ekonomi yang signifikan di kawasan tersebut.

Kondisi ini diperparah dengan penutupan total department store lain yang telah berlangsung selama lima tahun terakhir, setelah pandemi Covid-19 melanda. Sandra menambahkan bahwa penurunan jumlah pengunjung secara drastis menjadi penyebab utama banyak pedagang tidak mampu bertahan. Masa lalu yang ramai dengan aktivitas jual beli kini tinggal kenangan, digantikan oleh suasana sepi yang memprihatinkan.

Baharu (59), seorang pedagang uang kuno yang telah berjualan di Pasar Baru sejak 1985, menyaksikan langsung perubahan dramatis yang terjadi. Ia mengenang masa-masa ketika department store tersebut dipenuhi pembeli yang mencari pakaian dan celana. Penutupan toko-toko besar ini tidak hanya berdampak pada perekonomian Pasar Baru, tetapi juga menambah jumlah pengangguran.

Sebelum pandemi, aktivitas perdagangan di Pasar Baru berjalan lancar, namun situasinya berubah drastis setelahnya. Selain department store, banyak ruko di sepanjang Jalan Pasar Baru yang juga mengalami penurunan omzet. Beberapa pemilik bahkan memasang spanduk "Disewakan" dan "Dijual" sebagai tanda keputusasaan.

Di tengah situasi yang sulit ini, masih ada pembeli setia yang berharap akan perubahan positif di Pasar Baru. Yuni, seorang pelanggan tetap, mengungkapkan bahwa ia menyukai Pasar Baru karena barang-barangnya unik dan harganya terjangkau. Namun, ia mengakui bahwa kondisi pasar saat ini jauh berbeda dibandingkan beberapa tahun lalu, dengan toko-toko besar yang banyak tutup.

Kondisi Pasar Baru ini mencerminkan tantangan yang dihadapi oleh pasar tradisional di era modernisasi. Persaingan dengan pusat perbelanjaan modern dan platform e-commerce semakin ketat, memaksa pedagang tradisional untuk beradaptasi atau gulung tikar. Pemerintah daerah dan pemangku kepentingan terkait perlu mengambil langkah-langkah strategis untuk merevitalisasi Pasar Baru dan menjaga warisan budaya serta ekonomi yang berharga ini.

Upaya revitalisasi dapat meliputi peningkatan infrastruktur, promosi wisata belanja, pelatihan keterampilan bagi pedagang, dan integrasi dengan platform digital. Dengan langkah-langkah yang tepat, Pasar Baru dapat kembali menjadi pusat perdagangan yang ramai dan relevan di tengah perkembangan zaman.