Survei LSI Denny JA Ungkap Kekhawatiran Publik Terhadap Lapangan Kerja di Era Prabowo-Gibran
Survei LSI Denny JA Soroti Persepsi Sulitnya Lapangan Kerja di Pemerintahan Prabowo-Gibran
Lembaga Survei Indonesia (LSI) Denny JA baru-baru ini merilis hasil survei yang menyoroti kekhawatiran masyarakat terkait lapangan kerja di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Survei tersebut mengindikasikan bahwa mayoritas responden merasa lebih sulit mendapatkan pekerjaan dibandingkan sebelumnya.
Adjie Alfaraby, Peneliti Senior LSI Denny JA, menyampaikan bahwa isu lapangan kerja menjadi salah satu poin krusial yang mendapat perhatian negatif dari publik dalam evaluasi terhadap pemerintahan Prabowo-Gibran. Temuan ini didasarkan pada riset bertajuk "7 Bulan Prabowo-Gibran" yang dilakukan oleh LSI Denny JA.
"Rapor merah dari Pemerintah Prabowo-Gibran yang kita temukan dalam riset yang baru selesai kita kerjakan adalah pada aspek isu-isu yang menyangkut aspek rumah tangga. Satu adalah terkait dengan lapangan kerja," ujar Adjie dalam konferensi pers daring.
Survei tersebut mengungkap bahwa sebanyak 60,8% responden berpendapat bahwa mencari pekerjaan saat ini lebih sulit dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hanya 11% responden yang merasa lebih mudah mendapatkan pekerjaan, sementara 26,5% responden menyatakan tidak ada perubahan signifikan dalam peluang kerja.
Adjie menekankan pentingnya pemerintah untuk merespons sentimen negatif ini, karena dapat menjadi indikator perlunya perbaikan dalam kebijakan terkait ketenagakerjaan. Menurutnya, lapangan pekerjaan merupakan aspek krusial yang berdampak langsung pada kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia.
"Tentunya ini menjadi alarm bagi pemerintahan Prabowo-Gibran ya, bahwa dari aspek yang sangat penting, aspek yang menyangkut dengan rumah tangga sehari-hari masyarakat Indonesia, yaitu menyangkut lapangan pekerjaan, publik masih cenderung ada sentimen negatif," tambahnya.
Survei LSI Denny JA ini melibatkan 1.200 responden yang dipilih secara acak melalui metodologi multistage random sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara tatap muka dengan menggunakan kuesioner pada periode 16-31 Mei 2025. Margin of error dari survei ini adalah 2,9%.
Data BPS Menunjukkan Peningkatan Angka Pengangguran
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) juga mengindikasikan adanya peningkatan jumlah pengangguran di Indonesia. Pada Februari 2025, angka pengangguran meningkat sebesar 1,11% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, mengungkapkan bahwa jumlah pengangguran mencapai 7,28 juta orang pada Februari 2025. Angka ini meningkat sebanyak 83.450 orang dibandingkan Februari 2024.
Jumlah pengangguran tersebut setara dengan 4,76% dari total angkatan kerja di Indonesia yang mencapai 153,05 juta orang.
"Sebanyak 7,28 juta orang atau 4,76 persen dari total angkatan kerja pada Februari 2025 merupakan pengangguran," jelas Amalia.
Menurut BPS, peningkatan angkatan kerja pada Februari 2025 didorong oleh lulusan baru dan ibu rumah tangga yang kembali mencari pekerjaan. Sebagian besar angkatan kerja, yaitu 145,77 juta orang, telah mendapatkan pekerjaan, meningkat 3,59 juta orang dibandingkan tahun sebelumnya.
Berdasarkan status pekerjaan, 96,48 juta orang merupakan pekerja penuh, 37,62 juta orang merupakan pekerja paruh waktu, dan 11,67 juta orang merupakan setengah pengangguran.
Berikut rincian data pekerja berdasarkan status pekerjaan:
- Pekerja penuh: 96,48 juta orang
- Pekerja paruh waktu: 37,62 juta orang
- Setengah pengangguran: 11,67 juta orang