Mengenal Mythomania: Ketika Kebohongan Menjadi Sebuah Keyakinan
Fenomena mythomania atau pseudologia fantastica tengah menjadi sorotan, terutama di platform media sosial seperti TikTok. Banyak pengguna yang berbagi pengalaman terkait interaksi mereka dengan individu yang diduga mengidap kondisi ini, bahkan mempertanyakan kemungkinan diri mereka sendiri mengalaminya.
Mythomania merupakan kondisi psikologis kompleks di mana seseorang secara kompulsif dan terus-menerus berbohong. Psikolog klinis, Angellia Lestari Christiani menjelaskan bahwa penderita mythomania seringkali meyakini kebohongan mereka sendiri. Batas antara realitas dan fantasi menjadi kabur, sehingga mereka hidup dalam dunia yang dibangun atas dasar kebohongan tersebut. Kondisi ini tidak hanya berdampak pada individu yang bersangkutan, tetapi juga dapat merusak hubungan sosial dan mempengaruhi kesehatan mental.
Dampak Mythomania Terhadap Relasi Sosial
Kebohongan kronis dapat mengikis kepercayaan orang lain. Ketika seseorang terus-menerus berbohong, orang-orang di sekitarnya akan merasa dikhianati dan kecewa. Hal ini dapat merusak hubungan pribadi maupun profesional.
Dalam dunia kerja, misalnya, seseorang yang terus-menerus melebih-lebihkan pencapaian atau mengklaim keberhasilan tim sebagai milik pribadi, akan kehilangan kredibilitasnya. Rekan kerja mungkin mulai meragukan perkataannya dan enggan untuk berkolaborasi.
Dampak Mythomania Terhadap Kesehatan Mental
Selain berdampak pada relasi sosial, mythomania juga dapat berdampak signifikan pada kesehatan mental penderitanya. Kesulitan membedakan antara realitas dan kebohongan dapat menyebabkan konflik internal dan kecemasan yang berlebihan. Penderita mythomania mungkin merasa stres karena harus terus-menerus mempertahankan kebohongan mereka agar tidak terbongkar. Hal ini dapat menyebabkan perasaan tertekan, cemas, dan bahkan depresi.
Berikut dampak utama mythomania:
- Rusaknya relasi sosial.
- Mengganggu kesehatan mental.
Memahami mythomania dan dampaknya adalah langkah penting untuk membantu individu yang mengalami kondisi ini, serta melindungi diri sendiri dari potensi kerugian yang mungkin timbul akibat interaksi dengan penderita mythomania.