Tragedi Papua: Pekerja Bangunan Purwakarta Tewas dalam Serangan KKB, Keluarga Berduka

Ratna Nurlaelasari, seorang ibu rumah tangga berusia 43 tahun, tak kuasa menahan air mata di kediamannya di Desa Kertajaya, Purwakarta. Suaminya, Rahmat Hidayat (45), menjadi korban keganasan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua.

Tangis Ratna pecah saat menceritakan bagaimana ia menerima kabar duka tersebut. Saat sedang mencuci pakaian, ia mencoba menghubungi Rahmat. Namun, teleponnya diangkat oleh ketua paguyuban pekerja di Papua. Kabar pahit pun disampaikan: Rahmat menjadi korban serangan KKB dan telah dievakuasi ke rumah sakit.

Menurut informasi yang diperoleh Ratna dari ketua paguyuban, insiden tragis itu terjadi pada Rabu pagi di Kampung Kwantapo, Distrik Asotipo, Kabupaten Jayawijaya. Rahmat, bersama saudaranya Saepudin (39), tengah bekerja membangun Gereja GKI Imanuel. Tanpa diduga, dua pria bersenjata mendekat dan memberondong mereka dengan tembakan.

Rahmat mengalami luka parah di kepala, peluru menembus mata kirinya. Saepudin juga terluka di bagian ketiak kiri dan lengan. Keduanya sempat berupaya menyelamatkan diri, namun para pelaku mengejar dan menghabisi nyawa mereka di tempat kejadian.

Rasa kehilangan mendalam dirasakan Ratna. Ia mengungkapkan bahwa Rahmat telah bekerja di Papua selama enam tahun terakhir. Mereka terakhir kali berkomunikasi melalui video call pada Selasa malam. Rahmat bercerita bahwa ia tidur di rumah kepala desa karena situasi yang tidak aman akibat konflik yang terjadi. Komunikasi yang biasanya intens, tiga hingga empat kali sehari, terputus pada Rabu pagi.

Keluarga berharap jenazah Rahmat dapat segera dipulangkan ke Purwakarta untuk dimakamkan di tanah kelahirannya. Ratna mengungkapkan kesedihannya, "Saya enggak mau dikubur di sana, saya minta tolong agar cepat dipulangkan. Dia kerja ke Papua niatnya cari rezeki, bukan untuk mati dibantai begitu."

Kepergian Rahmat meninggalkan duka mendalam bagi keluarga dan kerabat. Ia dikenal sebagai sosok pekerja keras yang berjuang mencari nafkah untuk keluarganya. Tragedi ini menambah daftar panjang korban kekerasan di Papua, dan menjadi perhatian serius bagi pemerintah dan aparat keamanan untuk segera menindak tegas kelompok-kelompok bersenjata yang meresahkan masyarakat.