Pencarian MH370 Kembali Digelar: Fokus Investigasi Bergeser pada Peran Pilot?
Pencarian MH370 Kembali Digelar: Peran Pilot Kembali Menjadi Sorotan
Upaya pencarian bangkai pesawat Malaysia Airlines MH370 kembali dilakukan oleh perusahaan Ocean Infinity, dengan dukungan penuh pemerintah Malaysia. Penggunaan teknologi canggih berupa kendaraan bawah laut otonom menjanjikan potensi penemuan yang signifikan. Namun, di tengah optimisme teknologi ini, sejumlah pakar penerbangan dan investigasi justru menyerukan perlunya pengalihan fokus investigasi pada peran pilot dalam tragedi yang menewaskan seluruh penumpang dan awak tersebut.
Millard Coffin, seorang ahli geofisika laut dari Institut Studi Kelautan dan Antartika Universitas Tasmania, yang turut terlibat dalam pemetaan dasar laut Samudra Hindia, menekankan pentingnya teknologi pemetaan tiga dimensi dalam pencarian objek hilang di laut. Timnya, dengan memanfaatkan data sonar dan drone bawah air otonom, berhasil memetakan area pencarian MH370, menemukan sejumlah bangkai kapal dan kontainer di sepanjang proses pemetaan tersebut. Keberhasilan serupa telah dicapai dalam pencarian pesawat Air France 447 dan kapal selam Argentina ARA San Juan, yang membuktikan efektifitas metode ini. Walaupun demikian, hingga saat ini belum ditemukan puing-puing pesawat MH370.
Namun, terlepas dari kemajuan teknologi pencarian, Coffin menyatakan bahwa investigasi seharusnya tidak mengabaikan peran pilot dalam tragedi ini. Meskipun ia mengakui ini hanya sebuah dugaan berdasarkan bukti yang ada, Coffin cenderung meyakini pilot bertanggung jawab atas hilangnya pesawat. Pendapat ini sejalan dengan teori yang telah lama beredar di publik, yang menduga Kapten Zaharie Ahmad Shah secara sengaja menjatuhkan pesawat.
Pandangan serupa diutarakan oleh Clive Kessler, profesor emeritus sosiologi dan antropologi di University of New South Wales. Kessler, yang telah mempelajari Malaysia sejak tahun 1960-an, mendesak agar investigasi lebih mendalam dilakukan terhadap peran Kapten Zaharie, kinerja Malaysian Airlines, pengawasan pemerintah Malaysia, dan investigasi awal yang dilakukan pasca kejadian. Ia menekankan bahwa pengungkapan misteri MH370 merupakan hak asasi manusia untuk mengetahui kebenaran.
Sebagai informasi tambahan, pemerintah Malaysia telah mengungkap pada tahun 2016 bahwa Kapten Zaharie menggunakan simulator penerbangan pribadi untuk berlatih lintasan di atas Samudra Hindia, yang secara geografis sesuai dengan lokasi jatuhnya pesawat. Namun, hingga saat ini tidak ada satu pun awak pesawat yang dituduh melakukan kesalahan. Kessler menyebut ketidakjelasan ini sebagai sebuah skandal, dan mendesak agar semua pihak terlibat dalam proses pencarian dan investigasi untuk mengungkap kebenaran di balik tragedi hilangnya MH370.
Kesimpulannya, pencarian MH370 kembali digulirkan dengan teknologi canggih, namun fokus investigasi tampaknya perlu dialihkan ke peran sang pilot dan kelemahan sistem yang mungkin berkontribusi pada tragedi ini. Terungkapnya kebenaran menjadi kebutuhan dan hak bagi keluarga korban dan masyarakat dunia.