Terungkap di Persidangan: Dokter Muda Undip Jadi Korban Perundungan Senior Akibat Penolakan Membeli Rokok
Kasus dugaan perundungan yang dialami mendiang dr. Aulia Risma, seorang peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) di Universitas Diponegoro (Undip), kembali mencuat dalam persidangan. Sang ibu, Nusmatun Malinah, dihadirkan sebagai saksi dan membeberkan berbagai tindakan intimidasi yang dialami putrinya selama menempuh pendidikan spesialis.
Nusmatun mengungkapkan bahwa dr. Aulia kerap kali menceritakan perlakuan tidak menyenangkan dari para seniornya melalui pesan WhatsApp. Korban sering dimarahi, dibebani tugas berlebihan, dan bahkan menjadi sasaran perundungan verbal oleh seorang senior bernama Zara. Tekanan mental yang dialami dr. Aulia sedemikian berat hingga ia harus rutin berkonsultasi dengan psikiater sejak November 2022, padahal ia baru diterima di PPDS Anestesi Undip pada Juni tahun yang sama.
"Di rumah, saya tidak pernah membentak atau menggunakan kata-kata kasar. Namun, di PPDS, anak saya justru ditempa dengan makian dan suara keras yang belum pernah ia dengar sebelumnya. Hal ini membuatnya merasa ketakutan," ujar Nusmatun dengan nada sedih.
Salah satu pengalaman pahit yang dialami dr. Aulia adalah ketika ia dibentak oleh seorang senior melalui sambungan telepon pada malam hari. Penyebabnya sepele, dr. Aulia menolak untuk membelikan rokok bagi seniornya tersebut. Ironisnya, pelaku perundungan berdalih bahwa tindakannya itu bertujuan untuk "melatih mental" dr. Aulia. Nusmatun mengaku telah melaporkan kejadian ini kepada seorang dokter bernama Taufik, namun respons yang diterimanya justru mengecewakan. Dokter Taufik berpendapat bahwa tindakan senior tersebut merupakan bagian dari proses pelatihan mental.
Kasus perundungan ini menjadi sorotan tajam dan memicu keprihatinan mendalam di kalangan tenaga medis dan masyarakat luas. Perundungan dalam dunia pendidikan, khususnya di lingkungan kedokteran, dinilai sebagai masalah serius yang harus segera diatasi. Tindakan "melatih mental" yang berujung pada perundungan dan intimidasi tidak dapat dibenarkan dan justru merusak kesehatan mental serta profesionalisme para calon dokter spesialis.
Berikut adalah beberapa poin penting yang terungkap dalam persidangan:
- Dr. Aulia Risma mengalami perundungan oleh seniornya di PPDS Anestesi Undip.
- Perundungan tersebut meliputi makian, pemberian beban tugas berlebihan, dan bentakan melalui telepon.
- Salah satu penyebab perundungan adalah penolakan dr. Aulia untuk membelikan rokok bagi seniornya.
- Pelaku perundungan berdalih bahwa tindakannya bertujuan untuk "melatih mental" korban.
- Korban mengalami tekanan mental berat hingga harus rutin berkonsultasi dengan psikiater.
- Kasus ini memicu keprihatinan akan praktik perundungan di lingkungan pendidikan kedokteran.
Kasus ini masih terus bergulir di pengadilan dan diharapkan dapat mengungkap kebenaran serta memberikan keadilan bagi mendiang dr. Aulia Risma dan keluarganya.